Jalan selanjutnya, saya kembali memasuki “Taman Nasional Bali Barat” dari arah Utara. Artinya, saya akan memasuki kembali kawasan hutan. Aduh, semoga tak kemalaman. Tapi keinginan saya ini, tak kesampaian. Suasana makin gelap yang diperkirakan ketika memasuki kilometer 11.
Meski sebelumnya, ketika memasuki kilometer 14 menuju Gilimanuk, perasaan agak gembira. Betapa tidak? Saya mulai menemukan jajaran rumah. Berarti sudah dekat ke Gilimanuk. Tapi jajaran rumah atau perkempungan hanya 2 kilometer.
Saya kembali melalui jalan dengan di kiri-kanan hutan. Meski ada kendaraan lain, tapi melintas sesekali. Mendadak terdengar suara klakson motor. Jantung berdegub keras. Duh, jangan-jangan mau dirampok. Gowesan dipercepat. Semakin cepat. Motor mengikuti dari belakang. Tenaga sisa saya kuras untuk terus menambah kecepatan.
Saya baru menyadari, pengendara motor ingin memandu memberi penerangan lampu. Meski saya menggunakan lampu, namun akan kalah jika ada kendaraan dari depan. Pengendara motor membunyikan klakson dan melambai dan mendahului. Ah, tanpa terasa saya kembali ke Gilimanuk!
Rasanya ada perasaan gembira. Terlebih melalui gerbang yang berukiran Bali. Selasa (3/7), saya sempat berfoto di sini. Saat itu, difoto di sisi kiri saat akan berkeliling Bali. Sekarang Jumat (6/7) di sisi kiri di bagian seberangnya
Alhamdulillah, perjalanan telah selesai. Dan, saya termangu di warung yang berada di lingkungan masjid Mubarok, Gilimanuk. Letaknya tak jauh dari pelabuhan penyebrangan. Saya SMS beberapa teman tentang selesainya keliling Bali. Cukup melegakan, kegiatan ini dilakukan pada usia akan menjelang 52 tahun.
Dengan bersepeda ini, saya seperti menjelmakan angan-angan saat anak-anak. Saya sering mengkhayal di dahan pohon jambu atau bumbungan rumah. Mengembara nun jauh merambah belahan dunia. Semoga, perjalanan ini bagian awal bersepeda lebih jauh lagi….