Mohon tunggu...
Alicia Yolanda Bawuna
Alicia Yolanda Bawuna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta

suka kopi, suka foto, suka dolan suka apalagi ya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Blackberry Si Mantan Primadona

23 Maret 2021   11:08 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:20 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sejarah Blackberry di Indonesia

Mungkin sudah tidak asing mendengar tentang ponsel "Blackberry" bagi kita yang saat ini duduk di bangku smp, sma, dan kuliah. Blackberry sempat menjadi primadona di akhir tahun 2004. Pada tahun 2012, saat saya kelas 5 SD pun saya sudah menggunakan ponsel Blackberry seri gemini berwarna ungu dan saat itu sedang gempar -- gemparnya ponsel Blackberry di kalangan anak - anak SD yang tergolong masih sangat kecil sekali untuk memiliki ponsel.

Pada saat itu pun teman -- teman saya juga berbondong -- bondong untuk memiliki ponsel Blackberry. Sangat lucu jika mengenang masa itu, dimana anak -- anak seusia saya senang menggunakan Blackberry karena adanya aplikasi Blackberry Messenger (BBM). Aplikasi ini jelas berbeda dengan SMS, aplikasi ini banyak sekali emoticon yang menarik untuk mengirim pesan ditambah dengan banyaknya tema untuk mempercantik tampilan BBM kita.

Blackberry merupakan sebuah  budaya populer

Hal -- hal yang pernah terjadi pada masa itu  pun menunjukkan bahwa Blackberry adalah salah satu contoh budaya populer dimana Blackberry sangat digandrungi oleh semua kaum pada masa -- masa kejayaannya. Menurut Raymond William (Storey, 2015, h.5), populer memiliki 4 makna, yaitu: banyak disukai orang, jenis pekerjaan rendah/murah, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, serta budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa budaya populer adalah sesuatu yang yang disukai banyak orang dan juga hadir untuk menyesuaikan kebutuhan semua orang. Makna yang saya temukan dari penggunaan ponsel Blackberry adalah orang terlihat mengikuti perkembangan zaman dan keren ketika memiliki ponsel itu. Blackberry juga mampu menarik perhatian banyak orang dengan imagenya yang unik dan aplikasi BBMnya yang menarik.

Akhirnya Blackberry menjadi budaya sub-kultur

Di masa Nokia sedang meredup, BlackBerry hadir  memanfaatkan waktu tersebut. BlackBerry yang mencakup BlackBerry Messenger (BBM) menjadi primadona kala itu dan memiliki PIN BBM pada kala itu adalah suatu kebanggaan tersendiri. Namun sayangnya pada tahun 2007, Apple merilis produk iPhone yang memiliki konsep layar sentuh dan sangat praktis. Dan bahkan sampai saat ini Blackberry tidak pernah muncul lagi untuk merilis produk ponsel. Pada akhirnya Blackberry menjadi sebuah sub-kultur.

Berbeda cerita dengan Apple, hingga saat ini terus menjadi primadona dimana semua orang selalu ingin memiliki produk iPhonenya. Meskipun harganya terbilang cukup fantastis dan kurang wajar untuk sebuah ponsel dibanding ponsel lainnya, pesona Apple tetap tidak redup. Apalagi ditambah dengan berbagai variasi warna ponsel dan model unik setiap seri iPhone yang selalu menjadi icon untuk ditiru produk ponsel lainnya.

Blackberry yang hilang arah kembali

Lantas apakah politik identitas yang dibangundari produk Blackberry ? Identitas dari Blackberry yang kala itu menjadi primadona adalah digandrungi oleh segala kaum karena aplikasi BBMnya dan kecanggihannya. Maka terbentuklah identitas keren, tidak ketinggalan zaman dan mewah ketika kita menggunakan Blackberry.

Blackberry menampilkan bermacam -- macam seri ponsel dengan warna dan model yang sangat keren -- keren kala itu. Meskipun mungkin banyak orang tahu apa saja kelemahan penggunaan ponsel Blackberry ini, namun karena identitas mewah dan tidak ketinggalan zaman terbangun dalam Blackberry maka banyak orang berbondong -- bondong untuk membeli ponsel Blackberry kala itu.

Namun sayangnya BlackBerry kalah bersaing dengan Apple sehingga harus menjual sebagian asetnya pada tahun 2016. Pelajaran yang bisa kita ambil dari kasus ini adalah kita harus bisa berfikir kreatif untuk melakukan inovasi yang lebih kreatif daripada yang dilakukan kompetitor kita karena bersikap tenang terhadap kompetitor kita adalah sebuah kesalahan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun