Menjaga Masa Depan: Pentingnya Regulasi dan Standar Keselamatan RobotÂ
Jika kalian pernah menonton film animasi jepang yang berjudul: PLUTO karya Naoki Urasawa dimana digambarkan bahwa manusia dimasa depan sudah hidup berdampingan satu sama lain dengan robot dan untuk saat ini dunia sudah mengarah akan kesana seperti dunia dalam cerita fiksi tersebut.
Robotika bukan lagi sekadar imajinasi fiksi ilmiah. Hari ini, robot telah hadir di pabrik, rumah sakit, bahkan di ruang keluarga. Dari lengan robotik di jalur produksi hingga asisten cerdas yang bisa berbicara, teknologi ini berkembang sangat pesat. Namun, seiring dengan kemajuan tersebut, muncul pula berbagai pertanyaan etis dan kebutuhan mendesak akan regulasi. Bagaimana jika robot gagal sistem dan mencederai manusia? Siapa yang bertanggung jawab? Bagaimana kita memastikan bahwa teknologi ini tetap berada dalam kendali manusia dan tidak menimbulkan bahaya? Ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal etika dan keselamatan publik.Â
Perkembangan teknologi robotika telah menandai era baru dalam relasi manusia dan mesin. Robot, kini telah menjadi bagian nyata dari berbagai sektor kehidupan---industri, kesehatan, pendidikan, hingga kehidupan rumah tangga. Kemajuan ini tentu membawa manfaat besar, namun juga menimbulkan tantangan baru, khususnya dalam ranah etika dan regulasi. Pertanyaan mendasar pun mengemuka: sejauh mana manusia mampu mengendalikan teknologi yang ia ciptakan? Dan bagaimana memastikan bahwa inovasi tersebut tidak menimbulkan risiko bagi keselamatan dan martabat manusia?
Hingga saat ini, regulasi terkait robotika masih tertinggal dibandingkan laju inovasinya. Di tingkat global, belum terdapat kerangka hukum yang komprehensif dan mengikat secara universal untuk menjawab kompleksitas relasi antara robot, manusia, dan sistem sosial. Di tingkat nasional, banyak negara---termasuk Indonesia---masih bergulat pada tahap awal dalam menyusun standar dan kebijakan yang menyeluruh mengenai penggunaan robot, baik dalam sektor industri maupun publik.
Tantangan ini menjadi semakin nyata ketika kita memasuki wilayah di mana robot bukan hanya bertugas secara mekanis, tetapi juga mengambil keputusan berdasarkan algoritma. Dalam kendaraan otonom, misalnya, pengambilan keputusan dalam situasi darurat bisa menjadi persoalan etis yang sangat kompleks. Siapa yang bertanggung jawab jika keputusan algoritmik tersebut mengakibatkan korban jiwa? Apakah pembuat perangkat lunak, produsen, atau pemilik robot? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab semata-mata dengan pendekatan teknis, tetapi menuntut refleksi filosofis dan regulasi yang adil.
Dari perspektif etika, perdebatan semakin menguat ketika robot mulai memasuki wilayah-wilayah yang sebelumnya eksklusif bagi manusia, seperti perawatan lansia atau pendidikan anak-anak. Kehadiran robot dalam konteks ini menuntut kita untuk menimbang kembali makna relasi antar manusia, empati, dan tanggung jawab moral. Apakah kita siap menyerahkan sebagian fungsi sosial kita kepada entitas yang tidak memiliki kesadaran moral?
Dengan latar belakang ini, saya berpendapat bahwa pengembangan teknologi robotika perlu diimbangi dengan penyusunan kerangka regulatif yang tidak hanya mengedepankan aspek teknis dan keselamatan, tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai etika, sosial, dan kemanusiaan. Pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat sipil perlu berkolaborasi dalam merancang regulasi yang adaptif, partisipatif, dan berorientasi pada perlindungan publik.
Robotika menawarkan potensi luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia. Namun, tanpa kerangka regulasi yang kuat dan standar keselamatan yang jelas, kita berisiko menciptakan sistem teknologi yang lepas kendali, bahkan merugikan. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia dan negara-negara lain merumuskan regulasi yang visioner dan berbasis nilai-nilai kemanusiaan. Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa teknologi robotika berkembang bukan hanya secara canggih, tetapi juga secara beradab.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI