Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Nenek Demi Masa Depanku

21 Februari 2021   14:19 Diperbarui: 21 Februari 2021   14:53 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: IDN Times.com)

Masa kecilku bersama nenek tidak dapat terlupakan. Neneklah yang telah mengasuhku sejak aku kecil hingga sekarang. Banyak hal yang membuat diriku terus belajar dari perjuangan yang telah dilakukan nenek selama ini. Tidak pernah ada kata putus asa di dalam keseharian nenek saat menghadapi permasalahan kehidupan. Sedangkan saat ini, aku sedang menghadapi dilematis kondisi biaya perkuliahan semester yang sudah mendekati akhir penutupan pembayaran.

Hampir saja keputusasaan yang menyelimuti hatiku, seakan menghancurkan impianku. Siapa pun akan merasakan hal yang sama, jika berada dalam posisi seperti yang aku hadapi saat ini. Aku harus mengeluarkan uang untuk biaya SPP semester yang bagiku sangat berarti. Memang uang sejumlah dua juta rupiah, tidak mungkin dapat aku kumpulkan pada waktu seminggu saja. Aku bekerja sebagai tenaga harian lepas yang mencari tambahan untuk biaya hidup sehari-hari, juga biaya kuliah.

Pada semester ini beasiswa bidik misi yang seharusnya aku terima belum dapat diberikan pihak kampus. Apalagi sistem pemberian beasiswa bidik misi di kampusku tidak seperti kampus lainnya. Aku harus membayar SPP semester terlebih dahulu, sebulan kemudian beasiswa bidik misi baru dapat aku terima. Sungguh berat beban yang aku pikul, apabila keadaan penerima beasiswa bidik misi seperti aku harus merasakan hal yang sama.

"Ya Allah, berilah kemudahan bagi hamba untuk dapat membayar biaya kuliah semester ini. Dalam kondisi pandemi seperti ini tidak mudah untuk mendapatkan uang yang hamba butuhkan, namun hamba yakin hanya kepada-Mu, tempat hamba memohon pertolongan. Semoga petunjuk-Mu memberikan kemudahan bagi hamba mencari biaya SPP semester ini." Aku pun sesaat duduk di ruang tamu memandang nenekku yang penuh semangat, memasukkan beberapa potong jajanan ke bungkus plastik untuk di jual di sekitar rumah. "Mengapa wajahmu terlihat seperti menyimpan beban begitu? Apakah ada sesuatu yang engkau sembunyikan, Nazrul?" Nenekku mencoba untuk mencari tahu sesuatu yang sedang aku pikirkan saat ini.

"Ah tidak ada apa-apa kok Nek, mungkin Nenek saja yang terlalu kelelahan sehingga menganggap kalau Nazrul sedang memikirkan sesuatu." Ucapku mengalihkan pertanyaan nenek yang sedikit memerhatikan wajahku dengan mengerutkan dahinya. 

"Nazrul cucuku, kamu jangan menyembunyikan masalah sendirian. Nenek tahu, kamu tidak ingin beban yang sedang berada di pundakmu saat ini menjadi beban pikiran nenek juga. Semestinya kamu harus berbagi cerita kepada nenek agar beban pikiranmu dapat berkurang." Nenek berusaha mengelus-elus pundakku dengan rasa kasih sayang sehingga setetes air mata jatuh dari pelupuk mataku.

"Sebenarnya Nazrul tidak ingin nenek ikut memikirkan hal ini, tetapi waktu tinggal seminggu lagi untuk menyelesaikan SPP semester ini. Sedangkan beasiswa bidik misi bulan depan baru dapat diterima. Makanya Nazrul tidak tahu kemana harus meminta bantuan untuk sementara ini. Nazrul juga tidak dapat berbuat banyak karena kondisi saat ini masih terimbas pandemi covid-19. Semua orang mengalami krisis keuangan, bahkan penerima bidik misi yang tidak membayar uang SPP semester ini, terancam akan dicabut haknya sebagai penerima beasiswa." Aku memeluk erat tubuh nenek sesaat beliau terus mengelus-elus pundakku.

"Kamu harus tetap semangat Nazrul, coba kamu hubungi teman atau orang-orang yang dapat memberikan bantuan pinjaman. Setelah beasiswa bidik misi kamu terima, kamu harus segera mengembalikan uang mereka nantinya." Nenekku memberikan arahan kepadaku, agar menghubungi beberapa orang yang kukenal untuk sementara meminjam uang mereka. Aku pun segera menyampaikan kegundahan hatiku ini kepada beberapa orang yang kuanggap dapat membantuku. "Alhamdulillah, akhirnya Nazrul masih dapat melanjutkan kuliah untuk semester ini. Ada beberapa teman yang masih mau membantu meminjamkan uang mereka untuk membayar SPP semester ini Nek." Nenek memeluk erat tubuhku, sesekali mengelus-elus kepalaku.

Aku merasa beasiswa bidik misi yang diterima beberapa orang mahasiswa di kampusku seakan ingkar janji. Mahasiswa penerima beasiswa bidik misi seharusnya tidak lagi membayar biaya SPP di awal semester, akan tetapi pemotongan SPP semester sebaiknya dilakukan saat beasiswa bidik misi dicairkan. Penerima beasiswa bidik misi sebagian besar merupakan mahasiswa yang ekonominya pas-pasan, bahkan ada yang benar-benar kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu. Hanya keinginan untuk mengubah nasib dan keadaan sajalah yang menjadi motivasi, bagi mahasiswa penerima beasiswa bidik misi sepertiku dan teman-teman yang senasib denganku.

"Nek, Azrul ingin suatu saat jika sudah menyelesaikan kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak, Azrul akan mengumrohkan Nenek nantinya. Dan rumah ini juga, akan Azrul renovasi menjadi rumah layak huni." Aku memandang wajah nenekku yang selalu menebarkan senyuman, meskipun di dalam pikirannya banyak beban yang harus dipikulnya. Aku tidak ingin nenekku juga harus memikirkan masalah yang kuhadapi, berkenaan dengan biaya SPP semester ini. Walaupun biaya SPP semester telah ku peroleh dari pinjaman orang-orang yang berhati mulia, namun terlihat di wajah nenekku rasa cemas jika aku harus mengembalikan uang pinjaman tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan.

"Nenek tidak perlu cemas dan juga khawatir, semoga uang beasiswa bidik misi dapat dicairkan secepatnya, sehingga Nazrul dapat segera mengembalikan uang yang telah dipinjam." Aku kembali menyemangati nenek yang masih terus menatapku. Aku menyadari begitu besar pengorbanan dan perjuangan nenek demi masa depanku. Sejak berusia 3 tahun, nenek sudah merawatku dengan penuh kasih sayang. Ayah dan ibuku harus merawat beberapa orang adikku, dan konflik rumah tangga yang menyebabkan aku harus diasuh oleh nenekku. Tanpa asuhan nenekku, mungkin aku sudah ditelantarkan oleh kedua orangtuaku. Semangat terus diberikan oleh nenekku yang tidak pernah henti-hentinya untuk menggapai harapan dan cita-cita. Hingga akhirnya aku memperoleh beasiswa bidik misi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun