Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tujuh Cendikia di Masa Pandemi (Baktimu di Hari Guru)

22 November 2020   21:08 Diperbarui: 14 April 2021   17:59 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: Pinterest/pin)

Ketujuh cendikia itu bertemu di sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang berkumpul di dalamnya, orang-orang yang berprofesi sebagai guru dan berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Saat kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan, ketujuh cendikia itu awalnya tidak saling mengenal. 

Setelah dibentuk beberapa kelompok, Linda, Vie Salma, Raihanul, Rahmati, Rika, Afriani, dan Arief diberikan kesempatan untuk tergabung dalam kelompok tujuh. Mereka diberikan kesempatan untuk bekerjasama menyelesaikan permasalahan yang sedang diperdebatkan saat proses pembelajaran jarak jauh atau belajar daring di masa pandemi.

"Kita harus berbagi tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi pembahasan topik saat presentasi nanti." Ucap Linda kepada enam orang lainnya di dalam kelompok. 

"Menurut pendapat saya, sebaiknya poin-poin yang telah ditemukan dalam topik pembahasan hendaknya disertai penjelasan dan contoh secara detail, sehingga kelompok lainnya mudah memahami topik tersebut." Arief mencoba memberikan pendapat kepada teman-teman lainnya. 

"Ya, saya juga sependapat dengan Pak Arief. Jika kita mampu menjelaskan topik yang telah ditelaah, maka permasalahan yang muncul dapat terselesaikan, sehingga solusi yang diberikan secara tepat menjadi alternatif pada pembelajaran jarak jauh. Oh ya, Bagaimana pendapat Bu Raihanul, Bu Rahmati, Bu Rika, dan Bu Afriani?" Vie Salma menanyakan pendapat berkaitan dengan topik yang akan dipresentasikan kepada rekan lainnya. Keempatnya pun mengangguk-anggukkan kepala sebagai bentuk sepakat terhadap usulan dan pendapat Arief.

Saat presentasi pun tiba, seluruh kelompok menyampaikan pemaparan dari hasil diskusi kelompoknya masing-masing. Satu persatu menjelaskan secara detail dan rinci setiap topik yang didiskusikan. Kelompok tujuh yang saat presentasi diwakilkan Linda, tampak sangat lugas memaparkan materi yang disampaikan. 

Kritik dan saran pun dijadikan sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan presentasi berikutnya. Setiap kelompok harus mempresentasikan tugas-tugas yang diberikan dengan serius, meskipun masa pandemi belum berakhir." Malam ini, kita akan mempresentasikan materi kedua. Siapa kira-kira yang siap untuk tampil?" Keenam pasang mata memandang ke arah Arief. 

"Menurut pendapat saya, Pak Arief yang harus tampil presentasi, karena Bapak satu-satunya pria yang ada di dalam kelompok kita. Kami berharap Pak Arief dapat mempresentasikan materi berikutnya." Seluruh perempuan yang tergabung di dalam kelompok tujuh memberikan support kepada Arief untuk tampil pada presentasi berikutnya. 

Walaupun dalam kondisi terlihat lelah dan wajah sedikit pucat, Arief tetap berusaha tampil maksimal saat berada di depan audiens. Dengan segala trik yang dimilikinya, Arief bersama dengan Vie Salma memberikan sebuah hiburan di dalam diskusi. Canda dan gurauan seakan mencairkan suasana yang sebelumnya terlihat tegang. 

"Alhamdulillah, akhirnya tugas presentasi hari ini sudah terselesaikan. Lega rasanya hati setelah melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepada saya." Ucap Arief kepada teman-teman di kelompok tujuh. Semua ikut tersenyum dan kembali bercengkerama setelah kegiatan diskusi selesai.

Linda, Raihanul, Vie Salma, Rahmati, Rika, dan Afriani selalu bersama berbagi pengalaman saat mengajar di masa pandemi. Suka dan duka tidak menjadi penghambat bagi mereka untuk selalu memberikan yang terbaik kepada generasi masa depan. Mereka berenam meninggalkan keluarga untuk sebuah pengabdian yang sangat luhur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun