Sambil memeluk dan mencium kening Raditya, tetesan air mata jatuh dari pelupuk mata ibunya. Lalu ibunya melepaskan kepergian Raditya menuju ke dalam bis yang akan segera berangkat.
Di dalam bis yang sedang melaju, Radit masih memandang ke arah ibunya sambil melambaikan tangan. Rasa kesedihan yang mendalam terasa ketika lambaian tangan ibunya tidak terlihat lagi. Ia bertekad untuk tetap berjuang menggapai cita-citanya, meskipun sambil kuliah dirinya harus bekerja. "Aku harus berhasil meraih mimpiku. Aku ingin membahagiakan ibuku. Aku akan mewujudkan semua keinginan ibu." Ungkapnya dalam hati.
Sesampainya di tempat tujuan, Raditya segera beristirahat sejenak di terminal. Di terminal bis inilah, awalnya aku bertemu dengan Raditya. Saat itu, Aku melihat Raditya dalam kondisi kebingungan. Aku pun menghampiri Raditya dengan menanyakan identitas dan hendak kemana tujuannya.Â
Aku berusaha untuk memberikan jasa agar Raditya mau ikut bersamaku. Raditya seakan tak mampu berkata apa-apa, lalu kami segera pulang untuk istirahat di rumah orang tuaku.Â
Di tengah perjalanan aku dan Raditya terus mengobrol. Aku bertanya kepada Raditya maksud dan tujuannya datang ke kota. Aku sangat terkejut, ternyata Raditya merupakan satu dari calon mahasiswa yang diterima di universitas terkemuka di kotaku. Raditya diterima di jurusan yang sama denganku. Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk dapat membahagiakan ibunya.
Dengan perasaan iba, aku mengajak Raditya untuk sementara waktu tinggal bersama di rumah orang tuaku. Namun mendengar perkataan yang disampaikan Raditya, selain prihatin aku juga merasa bangga dengan tekad dan semangat Raditya yang ingin mengubah masa depan serta keinginannya untuk dapat membahagiakan ibunya.
(Bersambung)
Bagian Dua
Raditya Berusaha Mandiri
Dua hari telah berlalu, Raditya merasa dirinya ingin dengan segera mendapatkan kos-kosan. Dengan bermodalkan uang 750 ribu yang dibawanya dari kampung, Raditya mengajakku untuk mencari lokasi kos-kosan yang jaraknya tidak jauh dari kampus. "Coba kita tanya pada ibu yang sedang menyiram tanaman di rumah berpagar hijau itu, mungkin beliau tahu lokasi kos-kosan di sekitar sini." Ucapku kepada Raditya sembari menuju ke arah rumah yang terlihat seorang perempuan sedang menyirami tanaman di depan rumahnya.Â
"Assalamualaikum, maaf Bu. Perkenalkan saya Rangga dan ini teman saya Raditya. Kami datang kemari bertujuan untuk menanyakan apakah terdapat kos-kosan di sekitar lingkungan ini ya Bu?" Tanyaku kepada ibu tersebut. "Wa alaikum salam, oh kamar kos-kosan ya. Kebetulan sekali di rumah ini juga menerima anak kos khusus mahasiswa. Memangnya, siapa yang mau ngekos?" Kembali ibu itu mengalihkan pertanyaan kepadaku dan Raditya. "Saya Bu yang ingin ngekos. Memangnya berapa biaya bulanannya Bu, kalau bisa jangan terlalu mahal dong Bu. Maklumlah, kondisi keuangan saya terbatas." Jawab Raditya ketika ibu pemilik rumah kos tersebut menanyakan siapa yang ingin mencari kamar kos.