Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rindang Tak Berdaun di Saat Covid-19

31 Mei 2020   07:34 Diperbarui: 7 Juli 2020   22:42 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindang bukan seperti yang terbayangkan di dalam imajinasiku selama ini. Nama itu diberikan oleh ayahku yang sebelum meninggal dunia untuk seorang gadis mungil, yang kini sudah duduk di SMA. Keceriaan yang pernah dirasakan Rindang, sebagai anak remaja seakan sedikit terusik karena pandemi covid-19. 

Sehari-harinya Rindang berangkat ke sekolah pukul 07.15 wib untuk dapat belajar bersama teman-temannya. Namun, kini ia harus belajar di rumah melalui program daring atau belajar secara online. Memang terasa sangat membosankan jika belajar terus di rumah tanpa gelak canda teman-teman sekelasnya.

Aku sebagai kakaknya sangat memahami sifat adikku, Rindang. Aku melihat beberapa hari ini Rindang terlihat kurang bersemangat saat mengerjakan tugas yang diberikan gurunya untuk diselesaikan. Aku pun jika berada di posisi Rindang saat ini, akan menjerit sekuat tenaga untuk melepaskan semua beban yang menumpuk di kepala. 

Hampir setiap hari Rindang menyelesaikan tugas-tugas yang  yang diberikan guru dengan raut wajah yang terlihat lesu dan lelah. Andai saja aku dapat membantu tugas-tugas dari gurunya, mungkin Rindang akan tersenyum gembira. 

Ah, aku tidak boleh membiarkan diriku sesuka hati membantu adikku. Dia harus mandiri menyelesaikan semua tugas yang telah diberikan oleh guru-gurunya. Kelak setiap tugas sesulit apa pun nantinya dapat diselesaikan Rindang. Kecuali jika Rindang meminta bantuan, aku akan membantunya dengan senang hati.

Aku segera bergegas ke dapur, sementara Rindang mempersiapkan tugas untuk dikirimkan kepada gurunya melalui whats app. Sepintas terlihat senyum di bibir Rindang karena telah menyelesaikan tugasnya hari ini. Ia menyusun kembali buku-buku yang telah digunakan untuk menjawab pertanyaan tugas daringnya. Rindang sejenak merebahkan dirinya di atas kursi tempat duduk almarhumah ibuku. Aku terus memperhatikan tubuh mungil Rindang terbaring dan sesaat memejamkan mata.

Perlahan-lahan aku mengambil kain untuk menyelimuti tubuh adikku Rindang. Ia tidur dengan lelapnya. Tampak senyuman kelelahan membias di wajahnya yang terlihat begitu penuh beban. Aku teringat senyuman Rindang seperti senyuman ibuku 5 tahun lalu. 

Ibuku sering duduk di atas kursi sambil merebahkan diri, apabila kelelahan setelah mengerjakan pekerjaan rumah. Memang, sosok ibu bagiku dan Rindang sangatlah berarti. Tanpa ibu, sepertinya hidup di dunia seakan tidak berarti. Akan tetapi, kehidupan harus terus berlanjut. Aku dan Rindang tetap sabar dan tabah menjalani kehidupan ini.

Setelah Rindang terbangun dari tidur dan membersihkan dirinya, aku segera menyiapkan sarapan pagi lalu berbincang-bincang sejenak. "Bagaimana tugas-tugas yang telah diberikan gurumu, apakah sudah terselesaikan semuanya Rindang?", tanyaku pada Rindang. 

"Sudah beres kok semuanya Kak," jawab Rindang kepadaku. Aku pun menyuguhkan segelas teh hangat untuk diminum Rindang. Aku sangat senang melihat Rindang menikmati minuman dan sarapan pagi dengan lahapnya. 

Rindang sedikit tertawa saat aku menceritakan kejadian yang menimpa sahabatku ketika berada di dalam kampus. Dengan raut wajah sedikit tersenyum, Rindang meninggalkan tempat duduknya menuju kamar tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun