Tidak semua hadis memiliki derajat keautentikan yang sama. Ulamak hadis mengklasifikasikan hadis berdasarkan kualitas sanad dan matan, antara lain:
Sahih: hadis yang memenuhi kriteria keautentikan tinggi.
Hasan: hadis yang memiliki derajat keautentikan menengah.
Dha'if: hadis yang lemah dalam keautentikannya.
Pengklasifikasian ini penting agar ajaran yang diterima dan diamalkan berasal dari sumber yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Hubungan Antara Sunnah dan Hadis
Secara sederhana, sunnah adalah praktik nyata Nabi , sedangkan hadis adalah dokumentasi dari praktik tersebut. Tanpa hadis, sunnah akan sulit diketahui dan diamalkan oleh umat Islam.
Dengan demikian, hadis berfungsi sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an, yang menjelaskan dan merinci ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an. Penting untuk memahami bahwa pemahaman sunnah melalui hadis harus dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan kritis, menelaah sanad (rantai periwayatan) dan matan (isi) hadis untuk memastikan keautentikannya.
4. Kesimpulan
Memahami perbedaan dan hubungan antara sunnah dan hadis sangat penting bagi umat Islam dalam rangka meneladani kehidupan Nabi secara autentik. Sunnah memberikan contoh nyata dari ajaran Islam, sedangkan hadis menyediakan dokumentasi yang memungkinkan umat Islam mengetahui dan mengamalkan ajaran tersebut dengan benar.
Dengan pendekatan ilmiah dan kritis terhadap hadis, umat Islam dapat memastikan bahwa ajaran yang diamalkan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Nabi .
