Karena itu, bangsa Timur, termasuk dunia Islam dan Indonesia, perlu mengembangkan ilmu yang berakar pada nilai dan pengalaman sendiri, tanpa harus meniru atau menolak sepenuhnya warisan Barat.
Kemandirian intelektual hanya dapat lahir dari kesadaran reflektif: memahami "yang lain" tanpa kehilangan jati diri.
Di sinilah oksidentalisme menemukan maknanya - sebagai gerakan emansipasi pengetahuan dari dominasi, menuju peradaban yang saling menghormati.
Referensi
1. Edward W. Said, Orientalism, New York: Vintage Books, 1978.
2. Hasan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al-Istighrb, Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi, 1991.
3. Ian Buruma & Avishai Margalit, Occidentalism: The West in the Eyes of Its Enemies, Penguin, 2004.
4. Homi K. Bhabha, The Location of Culture, Routledge, 1994.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI