Keseimbangan inilah yang menjadikan Islam relevan sepanjang masa. Ketika sebagian umat terjebak dalam fanatisme buta, dan sebagian lain kehilangan arah karena liberalisme tanpa batas, umat tengah hadir sebagai jembatan yang menenangkan dan menuntun.
Tantangan Menjadi Umat Tengah di Era Modern
Di era digital saat ini, arus informasi sering melahirkan ekstremisme baru: fanatisme politik, budaya cancel, hingga sikap menghakimi yang cepat tanpa pemahaman mendalam. Umat tengah dituntut hadir bukan hanya sebagai pengamat, tetapi sebagai saksi aktif kebenaran, menunjukkan keseimbangan antara iman dan akal, antara idealisme dan realitas sosial.
Menjadi ummatan wasathan berarti berani berpikir kritis tanpa kehilangan takwa, dan berpegang pada nilai ilahiah tanpa menutup diri dari kemajuan. Itulah wajah Islam yang rahmatan lil 'alamin penuh kasih, rasional, dan berkeadilan.
Penutup
Menjadi umat tengah bukan sekadar posisi, tetapi misi peradaban. Dunia membutuhkan Islam yang damai, bijak, dan berimbang Islam yang tidak terjebak dalam ekstrem kanan maupun kiri, melainkan berdiri kokoh di tengah, memberi arah bagi kemanusiaan.
Ali Akbar Harahap, S.Kom., M.Sos
Penulis dan pemerhati komunikasi Islam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI