Mohon tunggu...
ALI AKBAR HARAHAP
ALI AKBAR HARAHAP Mohon Tunggu... Kader HMI

Buat video youtube

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ziarah ke Makam Rasulullah : Perjalanan Ruhani Menembus Batas Waktu

9 Oktober 2025   06:21 Diperbarui: 9 Oktober 2025   06:21 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ziarah ke Makam Rasulullah : Menyapa Cinta yang Tak Pernah Padam

Oleh: Ali Akbar Harahap, S.Kom, M.Sos

Ziarah ke makam Rasulullah bukan sekadar perjalanan fisik menuju Madinah, melainkan perjalanan batin menuju sumber cinta dan cahaya kehidupan. Di bawah kubah hijau yang mulia, setiap langkah jamaah terasa ringan namun sarat makna. Hati bergetar, lidah berzikir, dan air mata sering kali tumpah tanpa disadari.

Bagi seorang muslim, ziarah ke makam Rasulullah adalah puncak kerinduan yang tumbuh dari kecintaan kepada sosok yang telah mengorbankan segalanya demi umatnya. Di sana, tak ada kebesaran dunia yang berarti. Yang tersisa hanyalah rasa rindu, haru, dan pengakuan bahwa segala kebaikan yang kita miliki hari ini berawal dari perjuangan beliau .

Madinah: Kota Cinta dan Keteladanan

Madinah bukan sekadar kota. Ia adalah ruang spiritual tempat Rasulullah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suasana damainya mengajarkan bahwa Islam bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang kedamaian jiwa dan keindahan akhlak.

Ketika seseorang melangkah ke Masjid Nabawi, hatinya terasa ditarik oleh keheningan yang suci. Di Raudhah -taman surga yang di antara rumah dan mimbar Rasulullah - doa menjadi lebih lembut, air mata menjadi bahasa yang paling jujur.

Menyapa Nabi dengan Salam

Saat berdiri di hadapan makam Rasulullah, tak perlu banyak kata. Cukup ucapkan dengan hati yang tulus:

 "Assalmu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullhi wa baraktuh."

Ucapan itu bukan sekadar formalitas, tapi sapaan cinta yang menembus ruang dan waktu. Sebuah pengakuan bahwa beliau tetap hidup dalam hati umatnya, meski jasadnya telah bersemayam di tanah Madinah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun