3. Eksklusivitas sosial dan isolasi dari dunia luar.
4. Manipulasi emosional dan spiritual terhadap anggota.
Kultus dengan demikian bukan hanya penyimpangan teologis, tetapi penyakit sosial akibat kehilangan orientasi spiritual dan intelektual.
Fundamentalisme: Reaksi terhadap Sekularisasi dan Krisis Identitas
Berbeda dengan kultus yang bersifat personal, fundamentalisme muncul sebagai gerakan ideologis kolektif yang menolak pluralitas dan menginginkan kembalinya "kemurnian ajaran."
Istilah ini pertama kali digunakan pada awal abad ke-20 oleh kalangan Protestan Amerika melalui pamflet The Fundamentals sebagai reaksi terhadap modernisme teologis. Dalam perkembangan global, Karen Armstrong (2000) menyebut fundamentalisme sebagai "reaksi spiritual terhadap trauma modernitas." Modernitas, menurut Armstrong, menciptakan alienasi memutus manusia dari makna terdalam kehidupan. Akibatnya, sebagian kelompok beragama memilih menutup diri dalam ideologi tekstual.
Ciri-ciri fundamentalisme mencakup:
1. Penafsiran literal terhadap teks suci.
2. Pandangan dunia hitam-putih
 (benar salah).
3. Penolakan terhadap pluralisme dan modernitas moral.