Mohon tunggu...
ALI AKBAR HARAHAP
ALI AKBAR HARAHAP Mohon Tunggu... Kader HMI

Buat video youtube

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kultus dan Fundamentalisme: Fanatisme Modern di Balik Wajah Keagamaan dan Politik

8 Oktober 2025   13:35 Diperbarui: 8 Oktober 2025   13:35 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

3. Eksklusivitas sosial dan isolasi dari dunia luar.

4. Manipulasi emosional dan spiritual terhadap anggota.

Kultus dengan demikian bukan hanya penyimpangan teologis, tetapi penyakit sosial akibat kehilangan orientasi spiritual dan intelektual.

Fundamentalisme: Reaksi terhadap Sekularisasi dan Krisis Identitas

Berbeda dengan kultus yang bersifat personal, fundamentalisme muncul sebagai gerakan ideologis kolektif yang menolak pluralitas dan menginginkan kembalinya "kemurnian ajaran."

Istilah ini pertama kali digunakan pada awal abad ke-20 oleh kalangan Protestan Amerika melalui pamflet The Fundamentals sebagai reaksi terhadap modernisme teologis. Dalam perkembangan global, Karen Armstrong (2000) menyebut fundamentalisme sebagai "reaksi spiritual terhadap trauma modernitas." Modernitas, menurut Armstrong, menciptakan alienasi memutus manusia dari makna terdalam kehidupan. Akibatnya, sebagian kelompok beragama memilih menutup diri dalam ideologi tekstual.

Ciri-ciri fundamentalisme mencakup:

1. Penafsiran literal terhadap teks suci.

2. Pandangan dunia hitam-putih

 (benar salah).

3. Penolakan terhadap pluralisme dan modernitas moral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun