4) Mampu mengambil makna dari ujian  mekanisme resilience & meaning-making
Analisa tajam: resilience bukanlah kekuatan luar biasa yang jarang; ia terbentuk dari proses sehari-hari (parenting suportif, kemampuan kognitif, self-perception positif). Proses meaning-making (mencari/menemukan makna pada peristiwa traumatik) memfasilitasi penyesuaian psikologis dan pertumbuhan pasca-trauma. Artinya, "orang beruntung" bukan tak pernah terjatuh dia mampu menafsirkan jatuh itu sehingga memperkuat dirinya.Â
5) Berbuat baik / memberi  otak memberi "reward" sehingga meningkatkan kesejahteraan
Analisa ilmiah: perilaku prososial (sumbangan / sedekah / membantu) mengaktifkan pusat reward di otak; tindakan memberi menghasilkan perasaan positif yang nyata dan diprediksi oleh respons neural terhadap hasil yang menguntungkan pihak penerima. Ini mendukung gagasan bahwa kebaikan menumbuhkan "keberuntungan" Â bukan hanya secara moral, tapi secara neuro-psikologis.Â
6) Tidak mudah iri; fokus pada pertumbuhan diri (self-acceptance)
Analisa: perbandingan sosial yang berlebihan dan iri menggerus kesejahteraan. Sebaliknya, orientasi pada pertumbuhan pribadi, tujuan bermakna, dan mengukur kemajuan terhadap standar sendiri (bukan orang lain) berkaitan dengan kepuasan hidup lebih tinggi. Strategi: kurangi "scroll-komparatif", latih self-compassion, ukur pencapaian personal. (Rujukan teoretis: literatur psikologi sosial tentang social comparison & self-acceptance; lihat Park untuk makna.)Â
7) Hidup bermanfaat untuk orang lain  peran social capital dan legacy
Analisa tajam: individu yang memberi manfaat (kontribusi pada keluarga/komunitas) memperoleh reward sosial: reputasi, jaringan, dan rasa makna hidup. Dari perspektif logoterapi, makna dan kontribusi adalah inti kebahagiaan tahan lama. Dalam tradisi agama, ini dipandang puncak keberuntungan  hidup yang memberi manfaat akan "berbuah" di dunia dan akhirat. (lihat juga Koenig tentang hubungan R/S dan purpose).Â
Rangkuman bukti inti
 (takeaway ilmiah singkat)
Latihan syukur peningkatan kesejahteraan (Emmons & McCullough, 2003).Â