Antara Ketidaktahuan, Keribetan, dan Kesadaran Menulis
Awal Perjalanan: Dari Ketidaktahuan
Perjalanan menulis saya dimulai di akhir tahun 2023. Saat itu, menulis masih sebatas menyalurkan ide dan unek-unek. Saya menulis tanpa arah yang jelas, sekadar menuangkan isi kepala.
Dalam kajian psikologi, kondisi ini mirip dengan tahap unconscious incompetence dalam Four Stages of Competence (Howell, 1982), yaitu tahap ketika seseorang belum menyadari kekurangannya. Saya menulis hanya dengan rasa ingin berbagi, tanpa tahu standar kualitas, teknik menulis populer, apalagi peluang mendapat penghasilan dari tulisan.
Antara Ribet dan Belajar
Seiring waktu, saya menyadari bahwa menulis tidak sesederhana menuangkan pikiran. Ada aspek teknis, seperti memahami gaya bahasa populer, menyesuaikan kategori artikel, hingga mengikuti mekanisme platform seperti Kompasiana.
Kadang terasa ribet, tetapi justru di situlah pembelajaran terjadi. Menurut teori deliberate practice dari Anders Ericsson (1993), keterampilan hanya bisa berkembang melalui latihan yang disengaja, berulang, dan terarah. Ribet yang saya rasakan sebenarnya bagian dari proses peningkatan kompetensi.
Antara Kesadaran dan Perjuangan
Ketika semakin memahami sistem, saya mulai sadar bahwa menulis bisa lebih produktif jika mengikuti jalur yang tepat, misalnya Narative Campaign.
Dalam konteks Kompasiana, campaign bukan hanya lomba menulis, tetapi juga wadah kolaborasi ide. Setiap campaign memiliki tema, target audiens, serta peluang penghargaan. Menurut Kotler & Keller (2016), campaign dalam dunia komunikasi adalah strategi untuk menggerakkan partisipasi publik melalui pesan yang terstruktur. Bagi penulis, mengikuti campaign memberi wawasan baru, melatih disiplin, sekaligus membangun reputasi.
Itulah Keinginan Berjuang