Mohon tunggu...
Alhaura Ula
Alhaura Ula Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hukum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi-Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

23 Oktober 2022   10:58 Diperbarui: 23 Oktober 2022   11:13 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semangat pagi, salam dan bahagia Bapak dan Ibu Guru hebat...

Pada kesempatan kali ini Saya akan merefleksikan pembelajaran yang telah saya lakukan dalam bentuk sebuah tulisan. Tidak seperti biasanya dimana saya lebih memilih mengunggah tugas-tugas saya melalui media youtube.

Tugas yang sedang saya lakukan saat ini adalah serangkaian tugas dari Program Pendidikan Guru Penggerak yang dapat diikuti oleh seluruh guru di bawah naungan Kemdikbudristek, harapannya ketika dan setelah mengikuti program ini, para peserta dapat menjadi agen transformasi perubahan pendidikan di Indonesia sebagai pemimpin pembelajaran yang tidak hanya tergerak dan bergerak saja namun juga dapat menggerakkan rekan sejawatnya melalui komunitas praktisi yang diikutinya. Semoga harapan Pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 terwujud dan kita sebagai pendidik juga memiliki peran aktif di dalamnya.

Baiklah kembali lagi pada tugas yang saat ini saya buat, tugas ini berkenaan tentang modul 3.1.Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin pada alur Koneksi Antar Materi (m-e-r-d-e-K-a) atau alur keenam dari modul ini. Seperti judulnya, pada Koneksi Antar Materi berisi Koneksi Materi/Modul ini dengan modul-modul yang sudah dipelajari sebelumnya dan hasil refleksi kita mengenai pembelajaran pada modul ini. Nah sudah ada berbagai pertanyaan panduan yang bisa membantu Saya merangkum pemahaman Saya.


Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil. Semboyan terkenal yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, yang memiliki arti bahwa pada saat seorang pemimpin berada di depan, maka seyogyanya dia bisa memberikan suri tauladan. Pada saat berada di tengah, maka dia harus bisa membangun motivasi/semangat. Dan pada saat berada di belakang, maka seorang pemimpin diharapkan bisa memberikan dukungan atau motivasi. Sebagai seorang pendidik maka kita harus menyadari bahwa setiap anak lahir di dunia ini dengan membawa kodratnya masing-masing. Dan kita hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya tiap-tiap  kodrat yang ada pada masing-masing anak didik kita agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya itu. Kita berikan mereka kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar mengambil keputusan-keputusan kecil secara bertanggung jawab yang dimulai dari dirinya sendiri, keputusan-keputusan dalam pembelajaran di kelas/sekolah, ketika dalam keluarga maupun keputusan-keputusan ketika dia menjadi bagian dari masyarakat yang lingkupnya lebih luas.  Dengan sistem among kita berikan penerapan secara langsung maupun tidak langsung melalui proses kongkrit dalam pembelajaran, semisal ketika mereka memutuskan untuk masuk sekolah dengan motivasi diri yang baik, bagaimana mereka harus bersikap dengan teman sekelas  yang tidak senang dengan mereka, bagaimana mereka membagi waktunya dengan baik antara pembelajaran dan hobi yang saat ini dia gemari,dsb yang kesemuanya itu diperlukan suatu keputusan-keputusan yang didapat dari pengetahuan, pengalaman lahir dan batin, serta tuntunan yang baik dari guru salah satunya.. Disini guru memegang peranan yang penting dalam mengimplementasikan bagaimana pengambilan keputusan yang berpihak pada murid dalam berbagai hal  dengan selalu mengedepankan 4 Paradigma Pengambilan Keputusan, 3 Prinsip Dalam Menyelesaikan Dilema, dan 9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan.


Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita mulai dari dini akan membuat suatu pola pikir yang menjadi keyakinan dalam diri kita untuk membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab. Selain itu sebagai guru penggerak ada 5 nilai yang harus kita junjung tinggi yaitu (1) berpihak pada murid, (2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif. Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.


Fasilitator sangat membantu saya dalam proses saya belajar materi pengambilan keputusan ini terutama untuk pengambilan keputusan dimana sebuah dilema etika terjadi. Ketika melakukan proses diskusi bersama terkait 4 Paradigma Pengambilan Keputusan, 3 Prinsip Dalam Menyelesaikan Dilema, dan 9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Dalam langkah pengujian keputusan fasilitator memberikan penguatan positif kepada saya agar tiap langkah pengujian yang saya lakukan berdasar pada tiga unsur utama. Tiga unsur utama tersebut yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Sehingga meskipun dengan kasus yang sama bisa dimungkinkan terdapat keputusan yang berbeda-beda tetapi kami sesama peserta memiliki dasar yang sama.


Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid. Begitu juga ketika guru tersebut akan membuat sebuah keputusan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, Oleh karena itu untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada sehingga apapun resiko yang diakibatkan oleh keputusan yang telah diambilnya guru tersebut memiliki kesiapan sosial emosional.


Sebagai seorang Pemimpin Pembelajaran seorang Pendidik haruslah memahami apakah kasus yang sedang dihadapi merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. . Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang pendidik kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran. dan ketika kita menemukan sebuah kasus yang memiliki dilema etika maka kita bisa menggunakan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan nilai-nilai kebajikan yang dimiliki oleh seorang pendidik dan keberpihakan pada murid maka kita akan memiliki bekal untuk menelaah kasus-kasus yang dihadapi dengan bijak dan mengambil sebuah keputusan yang bertanggungjawab nantinya.


Agar seorang Pendidik bisa mengambil sebuah keputusan yang tepat sehingga berdampak terciptanya lingkungan yang positif, aman dan nyaman serta kondusif, pertama kali yang harus dilakukan oleh seorang Pemimpin Pembelajaran adalah mengenali kasus atau masalah yang terjadi terlebih dahulu. Apakah kasus tersebut termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Jika termasuk dalam Dilema Etika, maka yang harus dilakukan adalah menganalisa kasus tersebut dengan berdasar pada 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan serta pengujian pengambilan keputusan.


Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Apakah kita menggunakan prinsip hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking).

Kesulitan yang sering saya alami di lingkungan saya pada waktu pengambilan keputusan adalah pada waktu masalah tersebut terjadi pada salah satu warga sekolah. Perbedaan pandangan dan prinsip pada masing-masing pihak yang terlibat dalam kasus tersebut membutuhkan ruang diskusi yang cukup lama untuk mendapatkan kesepakatan serta pengambilan keputusan secara mufakat. Terkadang juga ditemukan adanya pihak-pihak yang masih tidak sepakat dengan keputusan yang sudah diambil bersama sehingga hal-hal seperti ini selalu diperlukan refleksi sehingga tidak memunculkan kesalahpahaman yang lebih besar kedepannya.


Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah mengambil keputusan untuk menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi ini, merdeka belajar akan tercapai.


Guru adalah pemimpin pembelajaran sebagai among yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru tiap harinya diharapkan membuat keputusan-keputusan yang mempertimbangkan kebutuhan muridnya dan bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid-muridnya di masa yang akan datang.


Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

1. Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru yang perlu diasah terus-menerus melalui pengalaman bermakna dan juga dengan pertimbangan berlandaskan filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

2. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita mulai dari dini akan membuat suatu pola pikir yang menjadi keyakinan dalam diri kita untuk membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab

3. Proses pengambilan keputusan oleh seorang guru juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada sehingga keputusan yang diambil adalah memang keputusan terbaik.

4. Dalam perjalanannya menuju merdeka belajar, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.


Dilema etika adalah situasi dimana keputusan apapun yang akan diambil adalah sama-sama benar, sedangkan bujukan moral adalah situasi dimana keputusan yang diambil adalah antara benar dan salah. Saya merasa saya bisa mendapatkan dan memahami banyak hal dalam modul ini termasuk contoh-contoh yang diangkat dalam modul maupun di sekitar saya.Nah ada Tiga (3) prinsip pengambilan keputusan yang sebelumnya saya kira ketiganya bisa saya angkat bersamaan yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir, Berbasis Peraturan, dan Berbasis Rasa Peduli. Ternyata ketika saya melakukan langkah pengambilan dan pengujian keputusan hanya satu prinsip yang bisa saya pilih dimana mayoritas situasi yang terjadi di sekitar saya prinsip berbasis rasa peduli banyak dijadikan pilihan dalam membuat sebuah keputusan dilemma etika.


Sebenarnya sebelum mempelajari modul ini,seringkali saya dihadapkan pada situasi moral dilema. Namun saya belum mengkerucutkan permasalahan-permasalahan yang ada ke dalam bujukan moral ataukah dilemma etika, saya hanya berpatokan apakan situasi tersebut melanggar aturan. Jika melanggar aturan maka pilihan tersebut tidak saya pilih, namun ketika saya menghadapai situasi dimana pilihan-pilihan keputusan sama-sama benarnya maka pertimbangan saya adalah memilih keputusan yang memiliki resiko paling kecil, kebermanfaatan/kebajikan yang diperoleh, dan tidak bertentangan dengan hati nurani.

 

Perubahan yang terjadi pada diri saya adalah saya sudah memahami pentingnya 439 dalam proses pengambilan keputusan dimana 4 adalah paradigma pengambilan keputusan, 3 adalah prinsip pengambilan keputusan, dan 9 adalah langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jadi ketika saya menghadapi dilema etika kedepannya saya bisa menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga pertimbangan-pertingan yang saya ambil dalam membuat sebuah keputusan lebih menyeluruh disbanding sebelumnya.


Topik pada modul ini mengajarkan saya untuk melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam proses pengambilan keputusan dilema etika. Selain itu juga di perlukan keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali saya untuk menjadi coach bagi saya sendiri dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Di proses pembelajaran modul ini. Saya juga ditugaskan untuk mewawancarai minimal 2 Kepala Sekolah pada instansi yang berbeda sehingga saya juga bisa memetik pelajaran dari proses pengambilan keputusan ketika para kepala sekolah tersebut mengalami dilemma etika berdasar nilai-nilai kebajikan yang dimiliki sebelumnya. Hal-hal tersebut diatas sangat saya perlukan ketika saya menjadi seorang individu guru maupun saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran.


Nah demikian rangkuman hasil pembelajaran Saya tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Seorang Pemimpin, semoga bermanfaat bagi pembaca lain yang akan mengerjakan tugas serupa dan pembaca umum agar lebih mengenali salah satu pembelajaran yang ada di Program Pendidikan Guru Penggerak ini. Silahkan berikan komentar positif agar saya selalu dapat memperbaiki tulisan dan kajian saya.

Salam dan Bahagia

Alhaura' Nabighatul Ula

CGP Angkatan 5 Kab. Tuban, Jawa Timur





Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun