Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sakramen Cinta yang Menuntut Pemahaman Mendalam dan Komitmen Seumur Hidup

9 Oktober 2025   08:45 Diperbarui: 9 Oktober 2025   12:41 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Sakramen Cinta yang Menuntut Pemahaman Mendalam dan Komitmen Seumur Hidup

Di tengah berbagai pendekatan kontemporer terhadap pernikahan (termasuk metode-metode kreatif seperti "Tepuk Sakinah" yang populer di kalangan umat Muslim Indonesia yang baru-baru diusulkan oleh MUI) Gereja Katolik menawarkan pandangan yang berbeda namun tak kalah mendalam tentang ikatan perkawinan.

Bagi umat Katolik, perkawinan bukan sekadar kontrak sosial, komitmen emosional, atau bahkan sekadar kewajiban agama. Ia adalah sakramen suci, salah satu dari tujuh sakramen Gereja, yang menjadi tanda nyata kasih Allah kepada dunia melalui cinta antara seorang pria dan seorang wanita.

Perkawinan sebagai Sakramen: Lebih dari Sekadar Janji

Dalam ajaran Gereja Katolik, perkawinan adalah sakramen antara dua orang yang dibaptis. Artinya, ketika seorang pria dan wanita Katolik saling memberikan persetujuan bebas di hadapan Gereja, mereka tidak hanya mengikat diri satu sama lain, tetapi juga mengundang Kristus hadir secara nyata dalam ikatan mereka. Sebagaimana dinyatakan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 1601), "Sakramen perkawinan menandakan persekutuan cinta antara Kristus dan Gereja-Nya."

Ini bukan metafora puitis, melainkan realitas teologis. Cinta suami-istri dipanggil untuk mencerminkan cinta Kristus yang rela menyerahkan diri-Nya demi mempelai-Nya, yaitu Gereja. Oleh karena itu, perkawinan Katolik bersifat indissolubilis, tidak dapat diceraikan. Janji "sampai maut memisahkan kita" bukan sekadar frasa tradisional, melainkan ekspresi iman akan kesetiaan ilahi yang mengikat pasangan dalam satu daging (lih. Mat 19:6).

Pembekalan Perkawinan: Persiapan Rohani yang Intens, Bukan Sekadar Formalitas

Berbeda dengan pendekatan yang mengandalkan metode interaktif atau hiburan untuk menyampaikan nilai-nilai pernikahan, Gereja Katolik menekankan pembekalan rohani yang intensif dan reflektif. Proses persiapan perkawinan (biasanya disebut katekumen perkawinan atau persiapan nikah) berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan, tergantung kebijakan keuskupan setempat.

Dalam masa persiapan ini, calon mempelai diajak untuk: Pertama, Merefleksikan panggilan hidup mereka. Apakah mereka memahami bahwa perkawinan adalah jalan kesucian, sama sakralnya dengan hidup membiara atau imamat?

Kedua, Memahami sifat-sifat perkawinan Katolik.  Kesatuan (tidak boleh berbagi dengan orang lain), kesetiaan (tidak ada ruang untuk perselingkuhan), keterbukaan terhadap kehidupan (keterbukaan terhadap anak sebagai buah cinta), dan ketidakdapatdibatalkan (indissolubilitas).

Ketiga, Menggali komunikasi dan komitmen. Melalui sesi pastoral, konseling, dan diskusi kelompok, pasangan diajak untuk mengenal satu sama lain secara lebih utuh, termasuk latar belakang keluarga, nilai-nilai hidup, harapan, dan bahkan potensi konflik.

Keempat, Memperdalam iman. Mereka diajak kembali ke sakramen Tobat, memperbarui iman Baptis mereka, dan mempersiapkan diri untuk menerima Ekaristi dalam Misa Nikah sebagai puncak persekutuan dengan Kristus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun