Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kopi Hitam Sachet dan Kearifan Lokal: Jejak Tradisi yang Menyusup dalam Kemasan Plastik

8 Oktober 2025   13:46 Diperbarui: 8 Oktober 2025   13:46 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Maka, jangan remehkan sachet. Di balik plastik tipis itu, bisa jadi tersimpan jiwa sebuah desa, napas seorang petani, dan harapan akan keberlanjutan. Kopi hitam sachet lokal bukan akhir dari tradisi, ia adalah jembatan. Jembatan yang memungkinkan kearifan lokal, yang dulu hanya hidup dalam ritual tumbuk dan obrolan di sekitar tungku, kini menyebar ke seluruh nusantara, satu sachet, satu teguk, satu hati pada satu waktu.

Dan siapa tahu? Mungkin suatu hari, seorang anak muda di kota besar akan membuka sachet "Kopi Ebulobo Hitam", menyesapnya perlahan, lalu bertanya: "Gunung Ebulobo itu di mana, ya?" Dari pertanyaan itu orang mulai aktif mencari bahkan mendekati lokasi di maksud. Dari sini muncul ide pariwisata budaya.

Dari pertanyaan sederhana itu, mungkin lahir keinginan untuk datang, melihat, dan akhirnya memahami bahwa di balik rasa pahit itu, ada tanah yang bicara, ada orang yang bekerja, dan ada tradisi yang menolak punah.


Karena kearifan lokal tak selalu harus dijaga dalam museum, ia cukup dikemas dalam sachet, lalu dikirim ke masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun