Maka, jangan remehkan sachet. Di balik plastik tipis itu, bisa jadi tersimpan jiwa sebuah desa, napas seorang petani, dan harapan akan keberlanjutan. Kopi hitam sachet lokal bukan akhir dari tradisi, ia adalah jembatan. Jembatan yang memungkinkan kearifan lokal, yang dulu hanya hidup dalam ritual tumbuk dan obrolan di sekitar tungku, kini menyebar ke seluruh nusantara, satu sachet, satu teguk, satu hati pada satu waktu.
Dan siapa tahu? Mungkin suatu hari, seorang anak muda di kota besar akan membuka sachet "Kopi Ebulobo Hitam", menyesapnya perlahan, lalu bertanya: "Gunung Ebulobo itu di mana, ya?" Dari pertanyaan itu orang mulai aktif mencari bahkan mendekati lokasi di maksud. Dari sini muncul ide pariwisata budaya.
Dari pertanyaan sederhana itu, mungkin lahir keinginan untuk datang, melihat, dan akhirnya memahami bahwa di balik rasa pahit itu, ada tanah yang bicara, ada orang yang bekerja, dan ada tradisi yang menolak punah.
Karena kearifan lokal tak selalu harus dijaga dalam museum, ia cukup dikemas dalam sachet, lalu dikirim ke masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI