Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Psikologis Mendengarkan dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan serta Lagu Perjuangan bagi Siswa

25 September 2025   09:37 Diperbarui: 25 September 2025   09:37 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: beatoven.ai)

Dampak Psikologis Mendengarkan dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan serta Lagu Perjuangan bagi Siswa

Di banyak sekolah di Indonesia, ada sebuah kebiasaan yang baik rutinitas menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan seperti Maju Tak Gentar, Padamu Negeri, atau Bagimu Negeri sebelum memulai kegiatan belajar mengajar bukan sekadar formalitas. Siswa dan guru berdiri dengan sikap sempurna sambil menyanyikan lagu-lagu itu. Meski tidak semua anak ikut terlibat dalam menyanyikan lagu-lagu itu dengan sikap yang baik, tapi paling tidak mereka dibiasakan untuk mendengarnya secara berulang-ulang setiap hari.

Di balik kebiasaan ini tersembunyi manfaat psikologis yang signifikan bagi perkembangan emosional, sosial, dan kognitif siswa. Aktivitas kolektif ini, ketika dilakukan dengan penuh makna, dapat menjadi sarana pembentukan karakter, penguatan identitas nasional, sekaligus alat regulasi emosi yang efektif di tengah tekanan dunia pendidikan modern.

Membangun Rasa Persatuan dan Identitas Nasional

Menyanyikan Indonesia Raya secara bersama-sama menciptakan pengalaman emosional kolektif yang kuat. Dalam psikologi sosial, fenomena ini dikenal sebagai collective effervescence, perasaan euforia dan keterhubungan yang muncul saat sekelompok orang melakukan aktivitas bersama dengan tujuan yang sama. Saat siswa menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmat, mereka tidak hanya mengulang lirik, tetapi juga secara simbolis menyatakan keanggotaan dalam satu komunitas: bangsa Indonesia.

Bagi siswa yang berasal dari latar belakang etnis, agama, atau daerah berbeda, momen ini menjadi pengingat bahwa di balik perbedaan, ada nilai-nilai bersama yang menyatukan mereka. Hal ini sangat penting dalam konteks Indonesia yang majemuk, di mana pembentukan identitas nasional sejak dini menjadi fondasi bagi kerukunan dan stabilitas sosial di masa depan.

 

Meningkatkan Regulasi Emosi dan Kesiapan Belajar

Musik memiliki kekuatan luar biasa dalam memengaruhi suasana hati dan fisiologi tubuh. Penelitian dalam psikologi musik menunjukkan bahwa menyanyikan lagu dengan tempo dan nada yang penuh semangat (seperti Maju Tak Gentar) dapat meningkatkan kadar dopamin dan serotonin, dua neurotransmiter yang berperan dalam meningkatkan motivasi, fokus, dan perasaan positif.

Sebelum memulai pelajaran, siswa sering kali datang dengan berbagai kondisi emosional: lelah, cemas, atau bahkan stres akibat tuntutan akademik. Menyanyikan lagu perjuangan yang penuh tekad dan optimisme dapat berfungsi sebagai emotional reset. Aktivitas ini membantu menurunkan kecemasan, menstabilkan detak jantung melalui sinkronisasi napas dalam bernyanyi, dan menciptakan suasana mental yang lebih tenang namun waspada, kondisi ideal untuk menerima pelajaran baru.

 

Menanamkan Nilai-Nilai Karakter dan Ketangguhan Mental

Lirik lagu perjuangan sarat dengan nilai-nilai luhur seperti keberanian, pengorbanan, tanggung jawab, dan pantang menyerah. Misalnya, frasa "Maju tak gentar, membela yang benar" bukan hanya ajakan heroik, tetapi juga prinsip hidup yang relevan dalam konteks kekinian: berani berdiri untuk kebenaran, tidak takut menghadapi tantangan, dan tetap teguh dalam prinsip.

Ketika siswa secara rutin menyanyikan dan merefleksikan makna lagu-lagu ini, nilai-nilai tersebut perlahan-lahan diinternalisasi. Dalam psikologi perkembangan, proses ini dikenal sebagai moral internalization, saat nilai eksternal berubah menjadi bagian dari sistem keyakinan pribadi. Hal ini sangat penting dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh secara mental dan berintegritas moral.

 

Memperkuat Rasa Syukur dan Empati Sosial

Lagu-lagu perjuangan mengingatkan siswa pada pengorbanan para pahlawan yang rela berjuang demi kemerdekaan yang dinikmati hari ini. Kesadaran ini menumbuhkan rasa syukur, emosi yang terbukti secara ilmiah mampu meningkatkan kebahagiaan, mengurangi stres, dan memperkuat hubungan sosial.

Rasa syukur ini juga mendorong empati. Siswa mulai memahami bahwa kenyamanan mereka saat ini adalah hasil dari perjuangan kolektif di masa lalu. Pemahaman ini dapat mendorong sikap peduli terhadap sesama, kepedulian terhadap nasib bangsa, dan keinginan untuk berkontribusi positif bukan hanya sebagai warga sekolah, tetapi sebagai warga negara.

 

Menghadirkan Relevansi Nilai Perjuangan di Era Digital

Di tengah arus informasi yang deras dan budaya instan di era digital, nilai-nilai seperti kesabaran, ketekunan, dan pengabdian sering kali terpinggirkan. Lagu-lagu perjuangan hadir sebagai penyeimbang. Mereka mengajarkan bahwa pencapaian besar membutuhkan usaha, pengorbanan, dan komitmen jangka panjang, pesan yang sangat relevan bagi siswa yang tumbuh dalam dunia yang serba cepat dan sering kali menuntut hasil instan.

Dengan bimbingan guru, lagu-lagu ini bisa menjadi jembatan antara sejarah dan realitas kekinian. Misalnya, semangat "maju tak gentar" bisa diarahkan untuk menghadapi ujian, menyelesaikan proyek kelompok, atau bahkan melawan cyberbullying. Dalam konteks ini, lagu perjuangan bukan hanya kenangan masa lalu, tapi panduan hidup di masa kini.

***

Menyanyikan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan sebelum belajar bukanlah sekadar tradisi, melainkan investasi psikologis jangka panjang bagi generasi muda. Dampaknya menyentuh ranah emosional, sosial, moral, dan kognitif, semua aspek penting dalam pembentukan pribadi yang utuh. Namun, agar manfaat ini benar-benar terwujud, sekolah perlu memastikan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan penuh makna, didukung oleh pemahaman kontekstual, dan diintegrasikan dalam pendidikan karakter yang holistik.

Dengan demikian, setiap alunan Indonesia Raya di pagi hari bukan hanya nyanyian, tapi benih-benih cinta tanah air, ketangguhan mental, dan semangat kebangsaan yang terus ditanam dalam hati para siswa, menjadi fondasi bagi masa depan Indonesia yang lebih kuat, bersatu, dan beradab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun