Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[pansos] Dasi dan Durian: Perjalanan Kucing Berdasi Menuju Tahta

23 September 2025   21:44 Diperbarui: 23 September 2025   21:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

DASI DAN DURIAN: PERJALANAN SI KUCING BERDASI MENUJU TAHTA

Di sudut Gang Kedondong, tersembunyi sebuah kisah yang absurd dan penuh warna. Kisah tentang seekor kucing kampung bernama Comot, yang kemudian berubah menjadi Kucing Kemeja, Si Macan India Berdasi.

Dulu, Comot hanyalah kucing kecil yang selalu belepotan minyak ikan di wajahnya. Ia takut pada anjing galak dan selalu lari saat diserang di warung nasi. Tapi suatu hari, semuanya berubah. Comot menemukan sebuah buku motivasi berjudul "Cara Jadi Macan Meski Lahir Kucing" karya Tuan Sukses. Dari situlah, ia mulai merancang rencana besar untuk mengubah citranya.

Dengan keberanian dan sedikit keberuntungan, Comot mengganti namanya menjadi Macan Kemeja, lengkap dengan dasi kupu-kupu merah dan jas krem secondhand dari toko Wak Haji. Ia mulai mengelilingi gang, berdiri di atas drum bekas, dan berteriak dengan suara lantang, "Dengar! Aku adalah Macan India yang Terlahir Kembali, raja hutan yang terjebak dalam tubuh kucing karena kutukan kolonial!" Kucing-kucing lain yang menyaksikan dari kejauhan mengernyit. Mereka tahu betul siapa Comot dulu, kucing takut-takut yang selalu lari dari anjing galak. Tapi Kucing Kemeja tak peduli. Ia sudah melakukan rebranding besar-besaran, mengklaim dirinya sebagai "Yang Mulia Macan Kemeja, S.Kom, Sarjana Kucing Otoriter" dan mengelola akun JungleGram @MacanIndiaAsli dengan bio yang sok keren: "Pemangsa Sejati. Verified by Instafluencer". Slogan absurd-nya pun tak kalah lucu: "Kalau takut disebut kampung, jangan naik tahta!"

Strategi-strategi jitu pun ia ciptakan. Pertama, menciptakan musuh palsu, suatu malam, ia berteriak keras di depan gang, "ADA INVASI TIKUS! Mereka mau kuasai Gang Kedondong!" Padahal, tikus itu cuma dua ekor yang lagi cari sisa nasi. Tapi, dengan suara heroik dan lompat-lompatan dramatis, videonya diunggah ke media sosial, lalu dipasang poster besar bertuliskan "Macan Kemeja Hancurkan 1.000 Tikus! Kucing lain cuma bisa meong!" Percaya atau tidak, kucing-kucing mulai memandangnya sebagai pahlawan sejati.

Kedua, ia membeli loyalitas dengan bagi-bagi voucher ikan asin dari hasil kickback warung nasi, sambil berujar, "Yang setia ke aku, dapat ikan. Yang tidak... nanti disebut anti-macan!" Kucing miskin dan lapar pun rela jadi pendukung setia, meskipun tahu ini jebakan dan propaganda belaka.

Ketiga, ia berusaha menghapus jejak masa lalu yang memalukan. Saat kucing tua mengingatkan, "Dulu kamu takut sama anjing, Comot!" Kucing Kemeja langsung mengeluarkan UU Anti-Kampung: "Siapa sebut 'Comot' akan dihukum 7 hari dikurung di kardus bekas TV, tanpa sinyal WiFi!" Ia membangun istana kecil di kolong mobil Kijang lawas, lengkap dengan kebijakan aneh: pajak ikan 1 ekor per minggu. Kalau tidak bayar, dianggap ancaman komunis. Dana yang terkumpul sebagian besar digunakan untuk membeli dasi dan syal bergaya, sisanya untuk acara "Aku Macan Betulan!"

Namun, semua strategi itu mulai goyah saat musuh lamanya, Anjing Galak, muncul kembali. Kucing Kemeja yang merasa sudah cukup tampan dan berwibawa, panik dan berusaha menunjukkan kekuatan. Ia naik ke atas drum, berteriak keras, "Lihatlah! Aku akan mengaum... ROOOAARRR" Tapi yang keluar cuma meong kecil. Anjing Galak tertawa terbahak, "Ini kucing atau bayi?"

Sadar bahwa citra palsu tak akan bertahan lama, kucing-kucing mulai menyadari bahwa selama ini mereka tertipu. Mereka melihat foto-foto Comot saat makan sisa nasi, dan akhirnya tahu bahwa yang mereka anggap macan sejati hanyalah ilusi. Kucing Kemeja, yang merasa terpojok, berusaha melakukan damage control: "Ini... ini suara macan versi low profile! Kalian tidak paham seni!" Tapi massa sudah marah besar. Mereka menyerbu istana di kolong mobil, menemukan bukti-bukti bohong dan foto lama yang menunjukkan betapa kecilnya kekuatan si kucing berdasi ini.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun