Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[fiksiana] Fabel Kebun Binatang: Ketika Babi Jadi Menteri

23 September 2025   19:44 Diperbarui: 23 September 2025   19:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

"Kami Bukan Manusia, Tapi Lebih Manusiawi"

Suatu pagi, hewan-hewan bangun dan melihat Bapak Babi berjalan tegak, mengenakan jas dan dasi, dengan gaya manusia.
"Kenapa kau berjalan seperti manusia jahat dulu?!" teriak ayam.
Babi tersenyum: "Kami bukan lagi binatang biasa. Kami manusia baru! Lebih adil, lebih transparan, dan lebih suka makan di restoran bintang lima."
Di papan pengumuman, deklarasi kemerdekaan diubah:
"Segala angsa berhak atas padi... yang tidak dimakan babi."
"Segala bebek berhak atas kolam... selama tidak mengganggu yacht babi."
"Dan yang terpenting: Babi itu orang. Orang itu babi. Hidup babi!"

Hewan-hewan lain merasa ini deklarasi yang aneh. Bahasa deklarasi itu selalu menyebut manusia, bukan orang. Meski keduanya menunjuk pada makna yang sama, tapi kata manusia lebih elegan. Auh ah...biar saja, suka-sukanya Babi mau pakai kata apa, toh dia sedang berkuasa jadi menteri.

Ayam, bebek dan angsa saling pandang, tapi tak berani protes. Mereka cuma berbisik, "Mungkin besok kita harus izin dulu sebelum bertelur..."

Kebun Binatang tetap berjalan, tapi setiap hujan, aroma cologne mahal bercampur bau kandang babi mengingatkan satu pelajaran penting: "Korupsi bukan soal babi atau manusia. Korupsi terjadi saat yang berkuasa mengubah 'kami' jadi 'saya', lalu menyebutnya 'kemajuan'."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun