Menanam pohon, memilah sampah, atau menolak konsumerisme berlebihan bukan lagi tindakan kecil yang sepele. Dalam pandangan Laudato Si', ini adalah bentuk spiritualitas ekologis, cara kita menghormati bumi dan sesama.
Masa Depan yang Lebih Adil
Sepuluh tahun setelah Laudato Si' diterbitkan, Indonesia berada di titik krusial. Kita bisa terus mengejar pembangunan dengan paradigma lama yang hanya menghasilkan konflik dan ketidakadilan. Atau, kita bisa memilih jalan baru, jalan yang menghargai keadilan ekologis, menghormati hak masyarakat adat, dan membangun energi yang benar-benar berkelanjutan.
Kuncinya ada pada pendekatan holistik: menggabungkan kebijakan yang berpihak pada rakyat, teknologi yang ramah lingkungan, dan kesadaran spiritual yang menghargai bumi sebagai "rumah bersama" kita.
Seperti kata Paus Fransiskus, "Kita telah lupa bahwa diri kita sendiri terbentuk oleh elemen-elemen bumi; kita menghirup udaranya dan menerima kehidupan serta kesegarannya dari airnya." Mari kita kembali mengingat hubungan ini, dan membangun masa depan yang lebih adil bagi semua: manusia dan alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI