Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneladani Cahaya Nabi Muhammad untuk Indonesia yang Damai dan Adil

2 September 2025   21:46 Diperbarui: 2 September 2025   22:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: bernasnews)

Bayangkan jika pemimpin kita mencontoh sikap ini: mendengar keluhan rakyat (petani, buruh, warga miskin kota) sebelum mereka terpaksa turun ke jalan. Bayangkan jika demonstrasi dijawab dengan musyawarah, bukan tembakan. Dialog adalah jembatan menuju solusi, dan Nabi telah menunjukkan jalannya.

Keadilan adalah denyut nadi kehidupan Nabi. Ketika seorang wanita dari suku terhormat mencuri, beliau menolak mengistimewakannya, dengan tegas berkata, "Jika Fatimah putriku mencuri, tangannya akan dipotong." Keadilan ini membangun kepercayaan.

Di Indonesia, di mana hukum sering tebang pilih dan korupsi merajalela, teladan Nabi menyeru para pemimpin untuk menjadi pelayan, bukan tuan. Dengarkan suara rakyat kecil, seperti Nabi mendengar Bilal dan Umar, dan tegakkan keadilan tanpa pandang bulu.

Di tengah konflik, Nabi selalu melindungi yang lemah. Piagam Madinah menjamin hak umat Yahudi dan Nasrani, memastikan mereka yang rentan tidak tersisih. Di Indonesia, kerusuhan sering menimpa yang paling lemah: pekerja informal, anak-anak, dan warga miskin.

Pemerintah dan aparat harus meneladani Nabi, menjadikan perlindungan bagi mereka sebagai prioritas, bukan hanya menjaga kekuasaan. Masyarakat pun harus menahan diri agar protes tidak merugikan sesama rakyat. Dan di Thaif, ketika dilempari batu dan dihina, Nabi memilih kesabaran. Alih-alih mengutuk, ia berdoa untuk kebaikan penduduknya. Kesabaran ini mengubah hati.

Di Indonesia, di mana aparat terkadang terlalu cepat menggunakan kekerasan dan demonstran terprovokasi menjadi anarkis, teladan Nabi mengajak kita semua untuk menahan diri. Aparat harus melindungi, bukan menekan. Rakyat harus menyuarakan aspirasi dengan damai, agar pesan mereka tetap murni.

Sebagai seorang umat Katolik, iman saya mengajak menjadi "garam dan terang" dunia, membangun damai tanpa membiarkan ketidakadilan. Teladan Nabi Muhammad adalah cahaya yang menerangi jalan itu.

Kepada pemimpin: jadilah pelayan yang mendengar, seperti Nabi mendengar sahabatnya. Kepada rakyat: jadilah suara keadilan, bukan tangan yang merusak.

Kepada aparat: lindungi rakyat dengan hati, bukan hanya dengan kuasa. Dan kepada kita semua, lintas iman: hormati perbedaan, hindari provokasi, dan bangun Indonesia dengan kasih.

Indonesia yang kita impikan bukanlah negeri yang terbakar amarah, melainkan bangsa yang berdiri di atas keadilan, kedamaian, dan kebersamaan. Dengan semangat Maulid Nabi, mari kita meneladani pemaafan, musyawarah, keadilan, perlindungan bagi yang lemah, dan kesabaran Nabi Muhammad.

Bersama, kita bisa membangun Indonesia yang bersih, bermartabat, dan penuh rahmat.Penutup: Selamat memperingati Maulid Nabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun