Di sinilah peran Indonesia menjadi krusial. Dengan ekonomi terbesar di ASEAN, Indonesia bisa menjadi penyangga. Dengan diplomasi bebas aktif, Indonesia bisa menjadi jembatan. Dan dengan komitmen pada integrasi, Indonesia bisa mendorong negara-negara lain untuk memilih perdamaian daripada profit jangka pendek.
Dampak Hankam bagi Kawasan ASEAN: Stabilitas Keamanan Regional dalam Lima Tahun Terakhir
Keamanan kawasan kini bukan hanya soal tentara dan senjata, tapi juga soal kepercayaan. Laut Cina Selatan yang memanas, krisis Myanmar yang tak kunjung usai, dan kini konflik Thailand-Kamboja, semua ini menggerus kepercayaan antar negara ASEAN. Peningkatan anggaran militer Tiongkok hingga $246,5 miliar pada 2025 bukan hanya angka, tapi sinyal: kawasan ini sedang diperebutkan.
Indonesia, dengan kekuatan militernya, tidak sekadar menjaga wilayahnya, tapi juga menjaga keseimbangan. Melalui latihan bersama seperti Komodo Exercise dan ASEAN Armies Rifle Meet, Indonesia membangun kepercayaan dengan negara-negara tetangga. Melalui modernisasi Minimum Essential Force (MEF), Indonesia menunjukkan bahwa ia siap menjaga kedaulatan, bukan untuk menyerang, tapi untuk mencegah perang.
Tapi, militer bukan solusi utama. Solusi utama adalah diplomasi. Dan di situlah Indonesia unggul. Bukan karena punya senjata paling canggih, tapi karena punya keberanian untuk tetap diam di tengah hiruk-pikuk, dan berbicara di saat semua orang berteriak.
Peran Indonesia dalam Konflik Thailand-Kamboja dan Dampaknya bagi Kawasan ASEAN
Jika mediasi gagal, dampaknya akan meluas. Ekonomi ASEAN bisa melambat. Investasi bisa mengalir keluar. Ketegangan militer bisa memicu perlombaan senjata. Dan yang paling berbahaya: ASEAN bisa kehilangan relevansinya. Di tengah dunia yang semakin tidak stabil, kawasan ini butuh penengah, bukan penonton.
Indonesia tahu itu. Maka, langkah-langkahnya harus jelas: terus dorong dialog, perkuat mekanisme ASEAN, dan jaga netralitas. Indonesia bukan musuh siapa-siapa, tapi sahabat semua pihak. Dan justru karena itu, ia dipercaya.
Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengatakan: "Kita tidak mencari musuh, kita mencari teman." Di tengah konflik Thailand-Kamboja, kalimat itu bukan sekadar retorika. Ia adalah kompas. Dan selama kompas itu masih berputar, harapan untuk perdamaian di Asia Tenggara tetap hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI