Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis Ulang Sejarah Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kontroversi

17 Juni 2025   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2025   17:56 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis Ulang Sejarah Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kontroversi

Sejarah itu mencerminkan identitas sebuah bangsa. Di Indonesia, Kementerian Kebudayaan tengah merancang proyek ambisius untuk menulis ulang buku sejarah nasional. Langkah ini memicu gelombang diskusi - ada yang mendukung, ada pula yang khawatir. Mengapa proyek ini dilakukan? Apa saja tantangannya? Dan bagaimana dampaknya bagi generasi mendatang?

Melalui tulisan singkat ini saya mengajak pembaca untuk  mengupas (yang tidak tuntas) rencana tersebut dengan cara yang informatif sekaligus menarik.

Mengapa Sejarah Perlu Ditulis Ulang?

Sejarah bukan sekadar catatan masa lalu; ia adalah alat pendidikan yang membentuk cara pandang sebuah bangsa. Buku-buku sejarah Indonesia yang digunakan saat ini, menurut Kementerian Kebudayaan, perlu diperbarui agar lebih relevan dengan perkembangan zaman.

Tujuannya mulia: menyajikan narasi yang lebih inklusif, akurat, dan sesuai dengan fakta sejarah terbaru. Namun, rencana ini tak luput dari sorotan. Sejarah, bagaimanapun, adalah ranah sensitif yang mudah terseret ke dalam agenda politik atau interpretasi subjektif.

Latar Belakang: Rencana dan Tujuan Kementerian Kebudayaan

Kementerian Kebudayaan berargumen bahwa penulisan ulang ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam buku sejarah yang ada. Beberapa di antaranya dianggap terlalu berpusat pada narasi tertentu, mengabaikan peran kelompok masyarakat lain, atau bahkan menyederhanakan peristiwa kompleks. Misalnya, sejarah lokal dari berbagai daerah sering kali hanya mendapat porsi kecil dibandingkan narasi nasional yang didominasi peristiwa di Jawa.

Tujuan utama proyek ini adalah:

  • Menyelaraskan fakta sejarah dengan penelitian terbaru.
  • Memberikan ruang bagi perspektif yang terpinggirkan, seperti sejarah perempuan, etnis minoritas, dan komunitas lokal.
  • Meningkatkan relevansi pendidikan sejarah bagi generasi muda yang hidup di era digital.

Namun, niat baik ini segera bertemu dengan tantangan besar: bagaimana memastikan bahwa penulisan ulang ini tidak menjadi alat propaganda atau cerminan kepentingan politik tertentu?

Kontroversi: Kekhawatiran akan Bias dan Manipulasi

Rencana ini langsung menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, sejarawan, dan masyarakat umum. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi bias politik. Sejarah sering kali menjadi alat untuk membenarkan kekuasaan, dan revisi besar-besaran seperti ini dikhawatirkan akan memutarbalikkan fakta demi kepentingan pihak tertentu.

Misalnya, apakah peristiwa seperti G30S atau Reformasi 1998 akan ditulis ulang dengan nada yang berbeda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun