Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

SMK Karya Rini Menyambut Pemimpin Baru: Hangatnya Pelukan Awal untuk Ibu Lilik

17 Mei 2025   11:33 Diperbarui: 17 Mei 2025   11:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto bersama para guru dan Kepsek baru bersama Ibu wakil Yayasan dan Ibu Pengawas, foto: Ibu Ida)

SMK Karya Rini Menyambut Pemimpin Baru: Hangatnya Pelukan Awal untuk Ibu Lilik

Pagi itu, suasana di SMK Karya Rini terasa berbeda. Langit tampak bersih, udara segar mengalir lembut, dan senyum-senyum penuh harap bermekaran di antara para guru dan staf. Ini bukan hari biasa. Hari itu, keluarga besar SMK Karya Rini menyambut seorang anggota baru - bukan sekadar kepala sekolah, tapi seorang nahkoda baru yang akan menavigasi perjalanan panjang mereka ke masa depan: Ibu Lilik Monawati Zulia, S.Pd.

Sejak awal, nuansa kehangatan begitu terasa. Tak ada sekat, tak ada canggung. Yang ada justru obrolan santai, tawa kecil yang menyelingi persiapan, dan sapaan yang terasa tulus. Seperti keluarga yang lama tak bertemu, lalu duduk bersama untuk merangkai harapan baru.

Kata Sambutan yang Bukan Sekadar Sambutan

Acara dimulai dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang membuka dengan kalimat yang langsung mengendap di hati:

"Kami percaya, tidak ada yang datang ke tempat ini secara kebetulan. Semua sudah diatur dengan begitu indah oleh Tuhan."

Kalimat sederhana, tapi penuh makna. Di balik sambutan itu, ada rasa syukur dan penerimaan yang tulus kepada Ibu Lilik sebagai pemimpin baru. Lebih dari itu, beliau menggambarkan peran kepala sekolah tidak hanya sebagai manajer atau atasan, tapi juga sebagai ibu - sosok yang mampu merangkul, mengayomi, dan menuntun seluruh keluarga sekolah.

Suasana makin akrab ketika satu per satu guru diperkenalkan. Bukan dengan cara kaku atau formal, tapi dengan gaya yang mengalir santai dan bersahabat. Yang hadir pun tak bisa menyembunyikan senyum - seolah ikut merayakan sebuah awal yang baik.

Ibu Lilik: Datang Bukan untuk Mengatur, Tapi untuk Bertumbuh Bersama

Ketika akhirnya Ibu Lilik berdiri untuk menyampaikan sepatah dua patah kata, tidak ada pidato panjang. Tidak ada janji manis. Hanya ungkapan tulus dari seseorang yang siap memulai perjalanan bersama.

"Saya datang bukan sebagai orang yang serba tahu. Saya datang untuk belajar. Untuk mendengar. Untuk tumbuh bersama," ucapnya.

Pesan itu langsung terasa menyentuh. Di tengah dunia pendidikan yang kadang penuh target dan formalitas, hadirnya pemimpin yang datang dengan hati terbuka adalah anugerah tersendiri.

Ibu Lilik menekankan pentingnya keterbukaan, komunikasi, dan kerja sama. Ia juga berharap seluruh warga sekolah bisa berjalan seirama, menjaga profesionalisme, dan saling mendukung dalam satu semangat: menjadikan SMK Karya Rini tempat yang diminati, dicintai, dan dihargai.

(Ibu Eko, wakakur, sedang memberi sambutan selamat datang, foto: Ibu Ida)
(Ibu Eko, wakakur, sedang memberi sambutan selamat datang, foto: Ibu Ida)

Pengawas dan Yayasan: Dua Peran, Satu Tujuan

Salah satu momen paling berkesan datang dari sambutan Ibu Estika Widiatni, Pengawas Pendamping SMK Karya Rini. Dalam tutur katanya yang hangat tapi lugas, beliau menyampaikan pesan yang tak mudah dilupakan:

"Yayasan itu orang tua kandung. Kalau anaknya lagi sakit, ya harus dirawat, diurus, diberi perhatian lebih. Dinas itu hanya orang tua angkat - kami hanya bisa mendampingi, memberi nasihat. Tapi yang harus lebih sayang, lebih terlibat, ya orang tua kandungnya."

Kalimat itu disambut tawa ringan dan anggukan kepala. Sebuah pengingat yang penuh makna: bahwa keberhasilan sekolah tidak hanya bertumpu pada kepala sekolah atau guru, tapi juga pada peran aktif yayasan yang menjadi rumah sejati bagi sekolah.

Dan benar saja, perwakilan dari Yayasan Hari Ibu Kowani menunjukkan komitmen itu. Ibu Kusendah yang hadir bersama Ibu Chandra, menyampaikan harapan dan dukungan penuh kepada kepemimpinan baru. Ia yakin, dengan kekompakan, keberanian berinovasi, dan semangat kerja tim, SMK Karya Rini bisa melesat menjadi sekolah vokasi yang tidak hanya kompeten tapi juga membanggakan.

Lebih dari Sekadar Acara Seremonial

Yang membuat pagi itu terasa istimewa bukan hanya isi sambutan atau formalitas acara. Tapi suasana yang terasa ringan dan menyenangkan. Tidak ada jarak. Tidak ada rasa sungkan. Semua menyatu dalam semangat kebersamaan.

Setelah acara usai, tak sedikit guru yang tetap tinggal untuk berbincang. Ibu Lilik dengan cepat membaur - menyapa satu per satu, mendengarkan cerita-cerita ringan, hingga tertawa bersama. Semua itu menunjukkan satu hal: bahwa pemimpin bukan tentang kursi dan jabatan, tapi tentang hadir dan mau berjalan bersama.

(foto: Ibu Ida)
(foto: Ibu Ida)

Babak Baru SMK Karya Rini: Dari Hati, Untuk Masa Depan

Hari itu mungkin hanya satu pagi di kalender. Tapi bagi SMK Karya Rini, itu adalah awal dari perjalanan baru. Kehadiran Ibu Lilik bukan hanya tentang mengisi posisi, tapi tentang mengisi ruang harapan dan cita-cita.

Dengan dukungan yayasan sebagai orang tua kandung, dinas sebagai pendamping setia, serta para guru dan staf yang siap bersinergi, SMK Karya Rini bersiap melangkah ke masa depan dengan lebih percaya diri.

Karena pada akhirnya, sekolah bukan sekadar tempat belajar. Ia adalah rumah kedua. Dan rumah yang baik, selalu dimulai dengan pelukan yang hangat - seperti di Jumat 16 Mei 2025 pagi, di SMK Karya Rini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun