Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

RA Kartini dan Feminisme Digital: Menyala dalam Literasi Digital Perempuan

21 April 2025   08:21 Diperbarui: 21 April 2025   08:21 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Jika pendidikan adalah cahaya bagi Kartini, literasi digital adalah lentera perempuan modern. Ini bukan sekadar kemampuan mengklik atau mengetik, melainkan kuasa untuk menavigasi dunia daring dengan percaya diri, aman, dan penuh makna. Literasi digital memberi perempuan sayap:

  • Kekuatan Ekonomi: World Bank (2023) menyebut perempuan terampil digital punya peluang 25% lebih besar meraih pekerjaan teknologi. Lihatlah UMKM perempuan di Shopee dan Tokopedia, yang melesat berkat pelatihan digital!
  • Suara di Panggung Publik: Literasi digital memungkinkan perempuan menggugat kekerasan gender di dunia maya, meneruskan semangat advokasi Kartini.
  • Perisai Keamanan: Pengetahuan privasi daring melindungi perempuan dari doxing atau pelecehan seksual.
  • Pintu Ilmu: Platform seperti Coursera atau Ruangguru membuka akses belajar bagi perempuan di ujung negeri.

Namun, jalan tak selalu mulus. APJII (2023) mencatat hanya 75% perempuan Indonesia online, tertinggal dari 81% laki-laki. Stereotip gender mengintai, dengan hanya 18% perempuan Asia Tenggara memilih karier STEM (UNESCO, 2021). Beban domestik - 3-4 jam lebih lama bagi perempuan (BPS, 2023)- dan ancaman kekerasan daring semakin memperberat langkah.

Menyalakan Visi Kartini di Era Digital

Untuk mengobarkan api Kartini, kita harus bergerak, berani, dan bersatu. Berikut langkah-langkah yang menggugah:

  • Pelatihan yang Membara: Program seperti "Perempuan Inovasi" atau "Sisters in Tech" menyalakan keterampilan digital, dari e-commerce hingga keamanan daring. Dunia punya "Girls Who Code" sebagai teladan!
  • Kebijakan yang Merangkul: "Gerakan Nasional Literasi Digital" (Kemenkominfo, 2023) dan proyek Palapa Ring memperluas akses internet. Subsidi perangkat untuk perempuan rentan adalah keharusan.
  • Kampanye yang Menggetarkan: #PerempuanDigital, didukung Safenet, harus menggema, mengajarkan keamanan dan urgensi literasi digital.
  • Komunitas yang Menyatu: Women in Tech Indonesia dan mentor perempuan di teknologi adalah nyala yang menginspirasi keberanian.
  • Pendekatan yang Memahami: Program literasi harus lentur, menghormati beban domestik perempuan, dan relevan, bayangkan kursus manajemen keuangan daring yang praktis!

Penutup: Dari Tinta ke Piksel, Kartini Tetap Menyala

Dari surat-surat yang ditulis di bawah lampu minyak, Kartini menerangi jalan emansipasi. Kini, feminisme digital dan literasi digital perempuan adalah piksel-piksel yang meneruskan cahayanya. Hadapi kesenjangan akses, stereotip gender, dan kekerasan daring dengan keberanian, dan kita akan melihat perempuan tak hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi sebagai pencipta, pemimpin, dan pengubah dunia. 

Kartini mengajarkan bahwa pendidikan -kini berwujud literasi digital- adalah nyala yang membebaskan. Mari kita sulingkan visi itu, menuju Indonesia yang setara, adil, dan penuh kuasa perempuan!

Referensi

  • Kartini, R.A. (2014). Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Pendidikan 2023 & Statistik Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Diakses dari: https://www.bps.go.id.
  • UNICEF Indonesia. (2023). Child Marriage in Indonesia & Digital Safety for Women and Girls. Diakses dari: https://www.unicef.org/indonesia.
  • DPR RI. (2024). Komposisi Anggota DPR RI Periode 2019-2024. Diakses dari: https://www.dpr.go.id.
  • APJII. (2023). Survei Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Diakses dari: https://www.apjii.or.id.
  • Safenet. (2023). Laporan Kekerasan Berbasis Gender Online. Diakses dari: https://id.safenet.or.id.
  • UNESCO. (2021). Women in STEM: A Gender Gap to Innovation. Diakses dari: https://www.unesco.org.
  • World Bank. (2023). Digital Skills for Women: Closing the Gender Gap. Diakses dari: https://www.worldbank.org.
  • Kemenkominfo. (2023). Gerakan Nasional Literasi Digital. Diakses dari: https://literasidigital.id.
  • Cot, J. (2008). Realizing the Dream of R.A. Kartini: Her Sisters' Letters from Colonial Java. Ohio University Press.
  • Baer, H. (2016). Digital Feminisms: Transnational Activism in the Internet Age. Feminist Media Studies, 16(1), 1-17.
  • Magdalene. (2023). Platform Digital untuk Narasi Perempuan. Diakses dari: https://magdalene.co.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun