Lebaran Kocak: Paman Jadi Adik, Adik Jadi Kakek
Matahari pagi menyinari desa Sukacita dengan hangat, sehangat senyum warga yang bersiap menyambut Lebaran. Suara takbir berkumandang, anak-anak berlarian dengan baju baru, dan aroma ketupat menggoda di setiap rumah. Tapi tahun ini, Lebaran di keluarga besar Pak Kardi tak seperti biasanya. Karena jarang bertemu, salah panggil jadi bahan canda yang mengocok perut. Siapa sangka, paman dipanggil adik, keponakan dikira kakek, dan semuanya berujung pada satu nasihat: "Makanya sering-sering pulang!"
***
Sudah lima tahun sejak terakhir kali keluarga besar Pak Kardi berkumpul lengkap. Tahun ini, semua sepakat mudik ke kampung halaman. Begitu tiba, suasana riuh pun pecah. Salam-salaman berantai dimulai, tapi... ada yang aneh.
"Eh, Adik Hasan! Lama nggak ketemu!" teriak Om Slamet sambil memeluk seorang pria beruban.
Si "Adik Hasan" terbelalak. "Lho, Om, saya ini Herman, adiknya Hasan! Hasan yang itu, yang sekarang jadi dosen!"
Wajah Om Slamet memerah. "Lho?! Herman? Yang dulu masih SMP itu? Kok sekarang..." Matanya melirik ke arah rambut putih Herman yang sudah memenuhi pelipis.
Dari belakang, Bu RT yang lewat langsung nyengir. "Walah, makanya sering-sering pulang, Om! Jangan cuma setahun sekali. Nanti pada lupa wajah saudara sendiri!"
Kekacauan terus berlanjut. Di teras rumah, seorang pemuda gagap mendekati seorang kakek berkacamata. "Permisi, Pak... saya cucunya Rina. Mau sungkem..."
Sang kakek tersentak. "Cucu?! Aku ini Bambang, anaknya Rina! Kamu harusnya manggil Paman, dong!"