Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bulan Sabit yang Menyatukan

26 Maret 2025   05:54 Diperbarui: 26 Maret 2025   05:54 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Bulan Sabit yang Menyatukan

Langit senja memerah ketika azan magrib berkumandang. Aroma kolak pisang dan gorengan menggantung di udara, tapi meja makan di rumah keluarga Malik terasa hampa. Di sebelah kiri, duduk Fahri (12 tahun) bersama ayahnya, Ardi. Di seberang kota, di rumah neneknya, Laila (9 tahun) duduk di samping ibunya, Rania. Kedua anak itu menatap ponsel mereka, saling mengirim pesan rahasia.

"Aku kangen suara Ayah waktu adzan," tulis Laila, jarinya gemetar.

"Aku juga kangen masakan Ibu," balas Fahri, menelan air mata.

Sejak pertengkaran hebat setahun lalu, Rania memutuskan mengajak Laila pulang ke rumah orang tuanya. "Hanya sementara," katanya kala itu. Tapi waktu berlalu, dan kebisuan mengeras seperti tembok. Ardi, yang keras kepala, menolak mengalah. Rania, yang terluka, bersembunyi di balik harga diri.

Di tengah malam ke-20 Ramadan, Fahri dan Laila berkomplot. Mereka membuat panggilan video diam-diam, berdoa bersama di penghujung sahur.

"Tolong, Allah, satukan kami lagi," bisik Laila, air matanya jatuh ke bantal.

Fahri mengangguk, matanya merah. "Aku janji, kalau Ibu dan Ayah rujuk, aku bakal puasa sunah sebulan penuh."

**

Suatu sore, Rania tak sengaja melihat pesan Laila kepada Fahri:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun