Raja Hemat yang Penuh Kontradiksi
Ada seorang raja yang sangat terobsesi dengan efisiensi anggaran. Setiap pagi, suaranya menggelegar di radio kerajaan, memberikan wejangan tentang hemat dan cermat dalam pengeluaran. Namun, ada satu masalah kecil: kebijakan-kebijakannya sering kali bertentangan dengan apa yang ia ucapkan. Akibatnya, para hulubalang dan penasihat kerajaan harus berpikir keras agar tetap selamat dari amukan sang raja yang kadang-kadang lebih mirip badai daripada pemimpin bijaksana.
Seperti pagi ini, didukung oleh hari yang cerah, Raja Wira Kuncoro duduk di kursi megahnya di studio radio kerajaan. Mikrofon emas berkilauan sudah siap di depannya. Dengan nada penuh semangat, ia mulai berbicara kepada rakyatnya.
"Hai, wahai rakyatku tercinta! Hari ini, aku ingin mengajak kalian untuk lebih hemat lagi. Jangan buang-buang uang untuk hal-hal yang tidak penting. Ingat, setiap sen yang kita hemat adalah investasi untuk masa depan kerajaan kita!"
Suaranya begitu mantap, seolah-olah ia adalah nabi hemat dari zaman modern. Namun, tak banyak orang tahu bahwa tepat setelah siaran itu selesai, Raja Wira memerintahkan pembelian 50 pasang sepatu baru untuk koleksi pribadinya; karena katanya, "Ini demi menjaga martabat kerajaan."
Beberapa hari kemudian, salah satu hulubalang senior bernama Bagus Eman memberanikan diri menghadap sang raja. Ia merasa perlu menyampaikan pendapatnya kepada sang raja tentang ketidaksesuaian antara omongan dan tindakan.
"Yang Mulia," kata Bagus dengan hati-hati, "mungkin akan lebih baik jika kita juga mencontohkan efisiensi dalam pengeluaran istana. Misalnya... mengurangi jumlah sepatu baru yang dibeli tiap bulan?"
Raja Wira langsung menoleh dengan wajah merah padam. Matanya menyala seperti api unggun.
"Apa maksudmu, Hulubalang? Apakah kamu menganggap aku tidak hemat? Apakah kamu ingin menjadi raja kecil yang membangkang?" bentaknya.
Bagus Eman buru-buru membungkuk hormat. "Tidak, Yang Mulia! Saya hanya ingin membantu mewujudkan visi hemat Anda..."