Mimpi Buruk yang Tak Berujung
Di kerajaan yang dulunya makmur, Raja Bramantya dan para pembantunya sibuk memotong anggaran operasional berbagai departemen. Semua ini dilakukan demi melanjutkan proyek utang budi berinisial MBG, yang konon katanya akan membawa kejayaan bagi kerajaan. Namun, rakyat kecil justru semakin menderita. Harga kebutuhan pokok melambung, layanan kesehatan berkurang, dan pendidikan menjadi barang mewah. Sementara itu, Raja dan para pembantunya tetap hidup dalam kemewahan, seolah tak peduli dengan jeritan rakyat.
Suatu malam, setelah rapat panjang tentang pemotongan anggaran lagi, Raja Bramantya pulang ke kamarnya. Ia merasa lelah, tetapi juga puas karena merasa telah "menyelamatkan" kerajaan. Namun, begitu ia terlelap, mimpinya berubah menjadi mimpi buruk.
Di dalam mimpinya, Raja Bramantya tiba-tiba berada di tengah pasar yang ramai. Rakyatnya berteriak-teriak, "Raja penipu! Raja penipu!" Wajah-wajah mereka penuh amarah, dan tangan mereka mengacungkan berbagai barang, dari sayuran busuk hingga batu. Raja mencoba berlari, tetapi kakinya seperti tertanam di tanah. Tiba-tiba, seorang anak kecil menghampirinya dan berkata, "Kenapa kami harus menderita, Paduka? Kami hanya ingin hidup layak."
Raja terbangun dengan keringat dingin. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya mimpi. Namun, malam berikutnya, mimpi buruk itu kembali datang. Kali ini, ia berada di tengah rapat dengan para pembantunya. Tiba-tiba, meja rapat berubah menjadi peti mati, dan para pembantunya berubah menjadi hantu-hantu yang mengerikan. Mereka berteriak, "Kami penjilat, Paduka! Tapi sekarang kami mati karena tekanan rakyat!"
Raja Bramantya kembali terbangun, jantungnya berdebar kencang. Ia mencoba berbicara dengan penasihat kerajaan, tetapi penasihat itu justru ketakutan karena juga mengalami mimpi serupa. Bahkan, para pembantu lainnya mulai mengeluh tentang mimpi-mimpi buruk yang sama. Setiap malam, mereka dihantui oleh suara rakyat yang marah, wajah-wajah anak kelaparan, dan bayangan proyek MBG (Monster Berguzi Gede) yang seperti monster raksasa yang terus memakan uang kerajaan.
Suatu hari, Raja Bramantya memutuskan untuk mengadakan upacara besar-besaran untuk menenangkan rakyat. Ia berjanji akan memberikan bantuan sosial dan mengurangi pemotongan anggaran. Namun, rakyat sudah tidak percaya lagi. Mereka tahu ini hanya akal-akalan sang Raja untuk menenangkan mereka sementara.
Malam setelah upacara, Raja Bramantya kembali bermimpi. Kali ini, ia berada di tengah istananya, tetapi istana itu kosong dan gelap. Tiba-tiba, ia mendengar suara gemerisik. Ia berbalik dan melihat sosok bayangan tinggi besar dengan mata merah menyala. Sosok itu berkata, "Paduka, proyek MBG adalah kutukan. Uang yang Paduka habiskan adalah darah rakyat. Sekarang, Paduka harus membayarnya."
Raja Bramantya terbangun dengan teriakan. Ia langsung memanggil para pembantunya. Ternyata, mereka semua juga mengalami mimpi yang sama persis. Mereka ketakutan dan mulai saling menyalahkan. "Ini semua salahmu! Kau yang menyarankan proyek MBG!" teriak salah satu menteri. "Tidak! Kau yang selalu menjilat dan bilang ini ide brilian!" balas yang lain.
Kekacauan pun terjadi di istana. Raja Bramantya mencoba tetap tenang, tetapi tekanan itu terlalu besar. Ia mulai melihat bayangan-bayangan aneh di setiap sudut istana. Suara-suara rakyat yang marah terus menghantuinya, bahkan saat ia terjaga. Para pembantunya pun mulai gila satu per satu. Ada yang mengaku melihat hantu anak kecil meminta makan, ada yang mendengar suara rakyat mengutuk mereka.