Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Frederich Hegel dan Paradigma Dialektika

12 Mei 2020   22:06 Diperbarui: 12 Mei 2020   22:30 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via amazon.co.uk | Science of Logic by Georg Hegel

Menurut Horkheimer dan kawan-kawannya, Kant dapat disebut sebagai filsuf kritsi yang pertama.[1] Sebab Kant tidak lagi mempersoalkan bagaimana merumuskan dan mensistematisir isi pengetahuan. Oleh itu pulalah Kant berpaling pada subyek, di mana menurut Kant obyek pada dirinya sendiri tidak dapat kita ketahui: obyek itu benar-benar das Ding an sich (sesuatu benar pada dirinya). 

Dengan begitu sesuatu itu kita pahami sesuai dengan syarat-syarat akal budi kita yang subjektif. Kant menyebut syarat-syarat tersebut sebagai kategori-kategori apriori. Maka kategori-kategori apriori itulah yang menentukan pengetahuan kita akan sesuatu. 

Walau Kant menyebut demikian tentu terdapat celah untuk mengkritik Kant, bahwa Immanuel Kant tak melihat bahwa pengetahuan manusia itu terbentuk secara historis. Artinya pengetahuan manusia juga terikat pada dan ditentukan oleh situasi. 

Jika benar demikian dapat disimpulkan bahwa Kant belum berani menerobos ke dalam hal-hal di luar akal budi manusia, padahal penerobosan itulah yang justru akan memperkaya pengehrahuan manusia serta serentak memperkaya hal diluar darinya, sehingga hal tersebut tidak menjadi benda-benda yang semata-mata berada pada dirinya sendiri. Oleh itu pulalah Hegel menawarkan pikirannya kepada mazhab Frankfurt dengan menekankan dialektika pada catatan pikirannya.

Kritik Hegel terhadap Kant

Hegel beranggapan bahwa Kant tidak berhasil menemukan otonomi akal budi manusia, dan tampaknya bagi Hegel otonomi manusia itu harus dan sangat perlu untuk direalisasikan. 

Baginya pada Kant, realisasi itu tidak mungkin terjadi, karena Kant membatasi otonomi akal budi menjadi semata-mata subjektif, sehingga akal budi tak mungkin lagi menjadi objektid, sebab di luar dari akal tetap benda pada dirinya sendiri (das Ding an sich). 

Akibatnya meskipun mengaku otonomi akal budi manusia, otonomi itu tidak berarti apa-apa terhadap hal di luar dirinya, ia tidak dapat menjadi objektif.

Untuk itulah Hegel mencoret das Ding an sich tersebut. Dan ia mengajarkan bahwa akal budi harus dapat merealisasikan dirinya tanpa halangan apapun. Akal budi tidak perlu lagi kritis terhadap dirinya, ia harus menjadi affirmative, sebab bagi Hegel pada hakikatnya akal budi telah mencapai kesempurnaannya di dalam Roh. Akal budi Absolut menjelma dalam akal budi manusia.

Pemikiran Dialektika Hegel

Pada umumnya dapat direfleksikan bahwa Hegel hendak mengetengahkan bahwa akal budi dalam usahanya menjadi kesadaran diri yang sempurna ternyata mengalami proses yang tidak terlalu sederhana. Ia mengalami pelbagai halangan dan pembatasan untuk menjadi dirinya. Sebab apa? Menurut Hegel justru halangan dan pembatasan itulah tempat di mana potensi tersembunyi manusia perlu untuk dinyatakan (realisasi). Seperti apa persisnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun