Mohon tunggu...
Alfian Putra Abdi
Alfian Putra Abdi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Premature journalist. Amateur photographer. a Man behind @LK_Webzine.

Selanjutnya

Tutup

Money

ASEAN Economic Community: Peluang atau Perang ?

1 Juni 2015   02:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14330990281682917744

SESIAP APA KITA MENYAMBUT ASEAN Economic Community (AEC) ?

Satu-satunya modal Indonesia dalam menghadapai AEC ialah jumlah penduduk terbesar di kawasan Asia Tenggara. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta dari sensus penduduk tahun 2000.

Kenapa dikatakan modal ? Hal ini merujuk pada poin pertama yang tercatat dalam situs resmi Kementerian Sekretariat Negara: Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.

Hal tersebut ditaksir dapat membawa Indonesia kedalam persaingan. Dengan perspektif, Indonesia tidak akan kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Tentu, penakaran berlandaskan kuantiitas belum mampuh dijadikan acuan Indonesia untuk mampuh bersaing, bagaimana jika dilihat secara kualitas ? Apakah Indonesia sudah cukup mumpuni ?

Rendahnya angka pendidikan di Indonesia membuat daya saing melemah. Merujuk data yang diperoleh dari ASEAN Productivity Organization (APO) tercatat dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada kurang dari 5% yang terampil. Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa lapangan pekerjaan saat ini didominasi oleh pekerja lulusan SD (80%) sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%.

Jumlah penduduk yang besar dan ditambah tingkat pendidikan yang rendah mampuh memicu para korporasi multi-nasional mendirikan usahanya di Indonesia, karna bagi mereka hal tersebut sama dengan upah yang rendah. Belum lagi faktor melimpahnya Sumber Daya Alam di Indonesia, sehingga pasokan bahan baku bagi para korporasi terjamin tingkat ketersediaannya.

Merujuk kembali kepada apa yang Kementerian Sekretariat Negara tulis dalam situs resminya, Indonesia memang benar-benar pasar yang potensial. Jumlah penduduk yang besar berbanding lurus dengan tingkat konsumerisme yang tinggi. Membuat Indonesia adalah rumah ternyaman bagi korporasi multinasional.

Maka tak salah apabila, jauh sebelum AEC berlaku perusahaan asing seperti Chevron, Freeport, Nestle, Bayer, Mosanto, Petronas, Unilever, dan masih banyak lagi perusahaan asing yang sudah belasan bahkan puluhan tahun mendiami tanah garuda ini.

Dampaknya yang disebabkan-pun cukup serius mulai dari kesejahteraan masyarakat yang jauh dari kata layak hingga eksploitasi kekayaan alam Indonesia. Jika jauh sebelum AEC berlaku, kehidupan penduduk Indonesia sudah sedemikian memperhatikannya. Bagaimana kelak AEC resmi bergulir ?

Perlu adanya perubahan signifikan dalam sektor pendidikan di Indonesia, agar semua lapisan masyarakat khususnya golongan kurang mampuh dapat terfasilitasi oleh pendidikan yang murah dan merata. Sehingga ke depannya, masyarakat lokal memiliki “daya jual” tinggi dihadapan korporasi multinasional dan mampuh bersaing dengan para pekerja trampil dari negara ASEAN lainnya.

Tidak hanya itu, pemerintah pun perlu meninjau ulang sistem pengupahan di Indonesia dan harus sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang rasional serta sesuai dengan daerah masing-masing. Yang mana hal tersebut masih menjadi masalah internal yang belum terselesaikan oleh bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun