Mohon tunggu...
Andi Alfitra Putra Fadila
Andi Alfitra Putra Fadila Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi Plat Merah

Statistisi yang bingung membedakan peran sebagai penulis, pembaca, dan analis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merayakan Hari Statistik Nasional: 26 Tahun Berlakunya UU Statistik di Indonesia

29 September 2023   15:10 Diperbarui: 29 September 2023   15:30 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya membayangkan kegiatan sensus seperti kegiatan sensus yang dilaksanakan lembaga statistik Republik Slovenia, yang tidak lagi bergantung pada metode door to door, melainkan dengan pendekatan registrasi. Artinya, sensus penduduk dilakukan dengan menghubungkan berbagai sumber data administratif dan statistik yang tersedia tanpa menggunakan pencacahan langsung di lapangan.

Saya tidak mengatakan bahwa door to door merupakan metode yang buruk, hanya saja metode ini jauh dari kata efisien. Metode pendataan door to door mengharuskan petugas lapangan datang langsung dari rumah ke rumah mendatangi setiap penduduk. Bahkan, penduduk tunawisma yang tidak memiliki kesadaran jiwa pun tetap harus dicatat sebagai seorang penduduk. Bayangkan betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pendataan ini, padahal kita baru membahas proses pencacahan di lapangan, belum menyentuh hal lain seperti pelatihan petugas, manajemen lapangan yang ribet, pengolahan data yang memakan waktu lama, dan lain sebagainya. Pendataan door to door juga beresiko memasukkan faktor error dari petugas lapangan ke dalam daftar kemungkinan error yang bisa terjadi. Bahkan bagaimana wawancara berlangsung juga dapat mempengaruhi kualitas data, sehingga dapat dikatakan metode ini mengakibatkan faktor error yang mungkin muncul menjadi beragam, karena proses bisnis yang harus ditempuh cukup panjang.

Padahal ada banyak sekali sumber data. Bahkan akhir-akhir ini marak dibahas sumber data baru bernama "Big Data" yang dapat digunakan untuk dianalisis dalam pengambilan kebijakan. Masalahnya adalah, proses penarikan data dari big data hingga menjadi sebuah data yang siap saji tidaklah semudah itu, karena konsep data yang ada dalam big data sangatlah luas dan berbeda jauh dengan konsep data yang selama ini digunakan dalam menyusun statistik dasar. Mungkin tantangan statistik ke depannya adalah bagaimana merumuskan pemanfaatan big data dalam analisis statistik, terutama berbasis official statistic.

Jika pola pikir dari budaya data oriented kita masih berkutat pada memperbanyak kegiatan pendataan lapangan, saya rasa kita akan tertinggal jauh dengan negara-negara lain yang sibuk mempersingkat proses bisnis pendataannya. Negara-negara lain bahkan mulai mengarah ke penggunaan data secara real time dengan memanfaatkan arus data yang cepat. Oleh karena itu, akan jauh lebih baik bila pola pikir data oriented kita mulai mengarah ke bagaimana mendapatkan data dengan mudah, cepat, dan akurat, tidak lagi dengan mindset bahwa turun lapangan mencerminkan data yang terbaik. Tentu saja, jalan ke arah ini masih sangat panjang, namun berharap dan bercita-cita di hari statistik yang spesial ini tidak ada salahnya, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun