Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Kaki Islam di Hulu Sungai Tanah Banjar

17 September 2017   08:57 Diperbarui: 31 Januari 2019   13:10 4563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokument pribadi dengan google

Van ress juga menyebut nama kampung palajau dalam bukunya mengenai perang banjar dan merupakan catatan otentik kedua dari sumber kolonial yang dapat kita dapatkan[4]. Sedangkan Meyners H G J L menyebut mesjid palajau dalam bukunya Bijdragen tot de kennis der geschiedenis van het Bandjermasinsche Rijk, 1863-1866.[5]

Juga menjadi pertanyaan mengapa para pengislam lebih banyak memudiki ke daerah pedalaman dari sungai nagara untuk syiar islam mereka, hal ini kemungkinan dikarenakan daerah negara yang kosong penduduknya karena diperintahkan raden samudera untuk ikut bersamanya ke banjarmasin, hikayat banjar menyebut 10 000 ribu penduduk diangkut ke banjarmasin.

Dibarabai keluarga yang mengklaim sebagai keturunan Kiai martapati adalah keluarga kiai Demang yudha negara yang menjadi kepala distrik di batang alai menggantikan soeta sami tahun 1867. Kiai soeta sami sendiri kemudian di mutasi ke negara. Kiai demang yudha negara bernama asli dirja bin saha bin kiai martapati. Dirja lahir di palajau kecamatan pandawan yang diangkat menjadi kiai batang alai bertempat tinggal di desa Lok Besar Birayang. Salah satu keturunan Kiai demang yang tercatat adalah Kiai Ahmad Dahlan yang pernah menjadi Jaksa di amuntai dan Kiai di Kota baru. Anak kiai Ahmad Dahlan yang terkenal adalah bernama Kiai Syarkawi yang pernah menjadi Kiai di Batu Mandi dan kemudian hari setelah Republik Indonesia merdeka beliau menjadi Gubernur Kalimantan selatan.

Keluarga lainnya berada di nagara daha, salah satu keturunan kiai martapati bernama Abdul manap mempunyai sepuluh orang anak yang rata-rata menjadi ulama di distrik nagara dan amuntai, salah satu anak beliau bernama Muhammad Thaib bin abdul manaf bin kiai martapati yang menjadi Mufti banua lima saat kiai adipati danureja memerintah dan setelahnya, salah satu anak beliau menjadi kepala distrik negara bernama kiai syahabudin bin abdul manaf bin kiai martapati, dan penghulu negara bernama Abul hasan bin abdul manaf bin kiai martapati.[6]

Ada dua orang anak kiai sahabudin yang terkenal pertama Haji Jamaluddin bin kiai syahabudin yang bergelar Datu daha dan Haji Muhammad tahir bin kiai syahabudin yang bergelar Haji besar Surgi Tuan keduanya di nagara. Sedangkan keturunan Mufti Haji Muhammad thaib ada di amuntai dan menurut kabar sebagian di telaga selaba dan menurunkan banyak keluarga ulama di amuntai, salah satu keturunannya disebut-sebut adalah keluarga Tuan Guru Nurdin Marbu, namun hal ini belum terkonfirmasi dan belum dipastikan kebenarannya.

  • img-20170515-wa0001-300x169-59bdc5d57a70f125293050a2.jpg
    img-20170515-wa0001-300x169-59bdc5d57a70f125293050a2.jpg

kubah/makam haji ismail bin abdul manaf bin kiai martapati, babirik amuntai, fhoto dokomentasi pribadi zain bin haji zaid

keturunan Abdul Manaf bin Kiai Martapati di Nagara juga rajin dalam menuliskan karya-karyanya, penulis sendiri pernah mendapati beberapa copy manuskrip kitab karangan Ulama keturunan Abdul manaf yang didalamnya terdapat beberapa nama ulama keturunan Abdul manaf bin Kiai Martapati yang bisa menjadi bukti tentang keberadaan keluarga ini secara otentik, insyallah Penulis akan bicarakan dalam tulisan lainnya.

kiai Martapati sendiri dianggap sebagai keturunan dari seorang tumenggung dibarabai sebagai anak cucu dari pengislam yang diutus demak untuk islamisasi tanah banjar dan bertempat di barabai.

Di dalam buku Perdagangan dan Politik banjarmasin 1700-1747 karya Goh Yoon Fong disebutkan seseorang yang disebut Gusti Tumenggung yang menjadi gubernur wilayah banua assam yang membawahi distrik alli (Batang Allai), pantsja (pantai), kominting (banua kaminting), bonawa tengah (benawa tengah). dalam sejarah keluarga penulis memang pernah terdengar tentang orang tua kiai martapati adalah seorang temenggung, tapi informasi ini sulit ditemukan data otentiknya.

Kiai Martapati sendiri disebut pernah mendapat sebagai kepala lalawang labuan Amas, sungai labuan amas merupakan anak sungai dari sungai barabai yang muara berada di dekat rantau kaminting atau lebih tepatnya di kampung kasarangan saat ini.

Lurah Andin Assin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun