Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Asapku, Mana Asapmu?

22 September 2015   22:38 Diperbarui: 22 September 2015   23:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="from Fb ikma Oi van sampit"][/caption]

Ini Asapku, Mana Asapmu?

Oleh: Andin Alfigenk Ansyarullah Naim

 

Harus diakui bahwa sebagian Rakyat Indonesia dan juga Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia sudah terbiasa dengan asap, bahkan ada yang mengucapkan terima kasih dengan kepada Indonesia dengan eksport asap Indonesia tersebut. Kabut asap sepertinya menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi puluhan juta rakyat Indonesia.

Saya adalah bagian dari puluhan juta tersebut, karena tiap hari dalam dua bulan ini saya menikmati kabut tersebut, bahkan dalam sebulan ini adalah yang paling parah dalam 18 tahun terakhir, kabutnya sangat pekat, hanya beberapa meter jarak pandang, baunya sangat menyengat dan hadir siang malam selama beberapa minggu, cuaca sangat lembab dan panas,  bahkan sampai masuk kamar, sampai-sampai saya sakit mencret yang katanya disebabkan oleh banyak makan asap.

Saya akhirnya mencoba berpikir terbalik dari kebanyakan orang, saya akhirnya tidak mau mencela kabut asap, karena tidak ada gunanya, alih-alih dengan protes kabut asap hilang tapi malah bertambah, pama pemangku kebijakan juga masih sibuk saling menyalahkan serta sibuk ini sibuk itu, rencana itu rencana ini, Bikin pusing saja.

Memadamkan kebakaran asap itu tidak mudah dan penuh bahaya, nyawa taruhannya, kadang-kadang penjaganya pakai senjata api beneran, semua orang juga tahu siapa centeng-centengnya.

Sebaliknya masyarakat banyak harus mengambil jalan lain yang lebih arif dan bijak untuk menghadapinya, protes dengan alasan asap mengganggu kinerja dan kesehatan tidak akan pernah dapat menyelesaikannya.

Pemerintah dan institusi Negara juga jangan dibikin susah karena protes rakyat tersebut, karena jika saja sampai empat provinsi rakyatnya bikin gerakan merdeka, maka Negara ini bisa babak belur, tidak keren kan  jika alasan Negara babak belur hanya gara-gara asap.

Menurut saya cara terbaik mengatasi asap ini adalah dengan memberikan asap tandingan, maksudnya agar sebaiknya rakyat semakin banyak membakar lahan yang berpotensi bisa menjadi asap tandingan, dengan begitu asap melawan asap akan membuat asap naik ke langit dan menghilang, saya mengambil rumus min ditambah min maka akan menjadi plus, rumus sederhana saja bukan.

Jika saja asap selalu satu arah maka kita tidak hanya rugi tapi juga bisa bikin tambah sakit, sakit dihati, lebih baik kita lawan asap itu dengan memberikan perlawanan asap tandingan, biarkan asap bertarung, mungkin asap akan bersatu dan menjadi awan dan  hujan akan semakin cepat turun, karena bentuk asap seolah sama dengan bentuk awan seperti kabut embun pagi yang dingin dan basah.

Akan semakin banyak di Indonesia juga akan semakin baik karena akan menjadikan kita sama rasa dan tidak ada rasa iri. Pemerintah juga akan menjadi lebih nyaman enak dan santai.

Hal ini juga akan menghilangkan prasangka yang selama ini ada dengan mengatakan bahwa banyak perusahaan yang membuka lahan dengan membakar lahan, saya merasa prasangka ini tidak seharusnya begitu, prasangka ini muncul hanya karena kecemburuan saja dengan keberhasilan ekonomi dari perusahaan pemilik lahan yang sukses, malah seharusnya masyarakat membantu perusahaan untuk dapat membakar lahan perusahaan setiap musim kemarau.

Semakin banyak dan semakin luas asap akan membantu Indonesia berkembang dan punya pengaruh.

Mari kita lawan asap dengan membuat asap, buatlah asap dimanapun ada suka, termasuk membantu membuat asap dilahan-lahan kosong.

Semoga membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun