Mohon tunggu...
Alfi Faridian
Alfi Faridian Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

Lahir dengan nama Alfi Faridian, pada tanggal 8 September 2021. Saat ini sedang tinggal di Sidoarjo bersama keluarga, tepatnya di jalan H. Syukur no. 6 C Sedati Sidoarjo. Mulai menggeluti dunia menulis sejak SMA.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Karakter dengan Blanded Learning, Apa Iya?

28 November 2021   19:28 Diperbarui: 28 November 2021   19:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Profil Pelajar Pancasila. Itulah materi baru yang wajib diajarkan kepada murid di sekolah penggerak. Ketika pimpinan sekolah memberikan amanah kepada saya untuk mengajar materi tersebut, sempat ragu dan bertanya dalam diri sendiri. Apa dan bagaimana materi tersebut? Bagi saya asing, karena saya dikenal murid sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Merenung sambil mencari cara bagaimana menyampaikan materi itu, agar murid bisa belajar dengan nyaman.

Apa itu Profil Pelajar Pancasila? Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kita juga harus tahu bagaimana ciri profil pelajar Pancasila, di antaranya beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. 

Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan untuk mengantarkan murid memiliki profil yang demikian? Tentunya perlu strategi yang tepat, agar tersampaikan kepada murid-murid saya. Salah satunya saya menggunakan strategi pembelajaran campuran atau yang dikenal dengan istilah Blanded Learning.

Bagaimana keseruan membelajarkan Profil Pelajar Pancasila kepada murid-murid? Banyak hal yang harus kita siapkan. Hal ini bertujuan untuk membersamai murid agar betul-betul menerapkan nilai-nilai Pancasila dalan kesehariannya. Mengolaborasikan pembelajaran tradisional dengan modern sangat bisa dilakukan dalam hal ini. Guru yang inovatif tidak akan kehilangan cara untuk mengemas bagaimana memadukan di antara keduanya, sehingga perjalanan sampai pada tujuan.

Diskusi dengan tema menerima perbedaan yang ada di sekitar lingkungan murid menjadi ajang debat yang seru. Hal ini saya lakukan untuk mengenali karakter murid sehubungan dengan materi Kebinekaan Global. Namun sebelumnya, murid saling mengenal siapa temannya, apa hobinya, dan apa yang tidak disukainya. Keduanya dikemas dalam kegiatan virtual ternyata menarik juga. Dari kegiatan ini murid bebas berpendapat, menuangkan pendapatnya ketika menemui hal baru di sekitar lingkungannya. 

Bermula saya suguhkan bola virtual yang harus dilemparkan ke salah satu temannya. Baik yang melempar maupun yang menangkap bola virtual harus berimajinasi seolah-olah ada bola yang dimainkan. Yang menerima bola harus mengenalkan diri dengan mengucapkan terima kasih, kemudian menyebut nama, hobi, serta hal yang tidak disukainya. Secara acak murid-murid secara bergantian saling melempar bola virtualnya.

Setelah masing-masing sudah mengenalkan diri, saatnya uji daya ingat dengan tujuan siapa teman-temannya, dan apa yang harus dilakukan jika sudah mengenalnya. Teaching Point-nya murid lebih bisa memahami siapa temannya, sehingga bisa menekan perundungan-perundungan antar teman. Kegiatan selanjutnya murid harus bisa menerima perbedaan teman-temannya. Hal tersebut mereka melakukan curah pendapat ketika saya berikan satu persoalan.

Tentu persoalannya tidak menyimpang dari peristiwa yang ditemui sehari-hari. Misalnya, "Ada salah satu murid yang memiliki kelebihan bahwa ketika berbicara selalu gagap karena percaya diri rendah" apa yang harus dilakukan? dan sebagainya. Dari kegiatan ini, murid menyadari bahwa sesungguhnya sesama  teman memiliki latar belakang yang beda, karakter yang beda pula. Maka kita harus menerima perbedaan tersebut. Begitulah awal keseruannya, walau dengan cara virtual materi ini juga bisa diterima oleh murid-murid saya.

Apa yang harus dilakukan setelahnya? Guru sudah mendampingi murid untuk melakukan diskusi secara virtual. Dengan antusias mereka mengikutinya, sehingga muncul ide tentang bakti sosial. Untuk menerima perbedaan antar sesama, guru menyilakan murid-murid untuk melanjutkan diskusi menyusun rencana kegiatan bakti sosial secara mandiri. 

Berproses untuk menjadi lebih baik dan bermakna untuk lingkungan begitulah tema yang telah disepakati. Maka suatu hari saya menerima laporan dari salah satu wakil mereka yang mengatasnamakan sebagai ketua panitia. Bagaimana hasil kesepakatan yang didapatkan? Mereka melaporkan bahwa kegiatan bakti sosial akan dilaksanakan dengan mengadakan kunjungan ke panti asuhan. Gembira saya menyambut ide bagusnya.

Belajar itu berproses untuk mencapai tujuan. Saya telah menikmati murid-murid sedang berproses untuk mewujudkan mimpinya. Yaitu berbagi sesuatu kepada anak yatim dan duafa. Terharu ketika saya mendengarkan paparan dari sang ketua pelaksana. Seluruh anggota kelas telah sepakat tempat panti asuhan yang akan dikunjungi, bagaimana cara mendapatkan donasi, bagaimana pendistribusian dan tersebut, sampai dengan bagaimana untuk melibatkan orang tua masing-masing. K

egiatan yang mereka lakukan sederhana, tapi menariknya mereka telah menerapkan langsung apa yang sudah kami diskusikan pada materi Kebinekaan Global. Banyak hal yang mereka dapatkan ketika sedang berproses dalam mencapai tujuan. Di antaranya menyatukan banyak ide di antara mereka, membangun empati antar sesama, membangun kebersamaan, dan sebagainya. Itu sesua didapatkan dari diskusi secara mandiri.

Pertemuan berikutnya, merealisasikan kegiatan secara bersama. Saya damping mereka untuk menyusun surat izin ke lokasi, surat izin ke sekolah, surat izin untuk orang tua. Mereka berbagi perang sesuai dengan kesepatan yang diputuskan. Sesekali jika ada yang kurang pas, saya hanya memberi masukan saja. 

Hingga pada akhirnya sebuah keputusan final mereka dapatkan, yaitu tujuan panti, waktu, jenis-jenis barang yang akan didistribusikan, sampai dengan survey ke lokasi. Kepercayaan dan pelibatan itu memang penting. Saya berikan sepenuhnya kepada mereka untuk merancang kegiatan sebaik-baiknya. Mereka murid kelas X, merupakan masa peralihan dari remaja kecil menuju dewasa. Tentu tidak muda mengarahkannya.

Beberapa tantangan pasti ditemukan. Namun mereka bisa melewati dengan bijaksana. Menerima perbedaan untuk mendapatkan sebuah kesepakatan itulah pembelajaran yang didapatkan. Mimpi itu telah terwujud. Ketika pelaksanaan tiba, sesuai dengan tugasnya masing-masing, telah diperankan dengan baik. 

Pembawa acara telah membuka acara dengan santun, walau masih ada suara parau pertanda masih demam panggung. Begitu juga sang ketua pelaksana dalam memberikan prakata, masih terlihat getar-getar mimik dan bahasa tubuhnya. Namun rasa bangga sudah terasa bahwa dalam diri mereka sudah terbangun karakter yang merupakan cerminan nilai-nilai Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun