Mohon tunggu...
alfiatul laily
alfiatul laily Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswa hukum

masalah datang untuk di hadapi bukan untuk di hindari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Persatuan Bangsa melalui Multikulturalisme Budaya

27 Desember 2019   15:25 Diperbarui: 27 Desember 2019   15:30 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan terakhir politik menjadi salah satu hal yang paling dominan mewarnai Bangsa Indonesia. Hampir setiap persoalan yang terjadi, selalu saja dipolitisasi keberadaannya. Beberapa hal yang menjadikan miris, munculnya beberapa golongan yang berwajahkan SARA, tentu saja hal ini diikuti oleh sifat fanatisme dan rasisme yang sangat tinggi.

Kondisi demikian tentunya tak lepas dari peran media informasi yang mana telah menjadi sumber utama masyarakat Indonesia untuk memperoleh dan mencerna informasi yang didapat.

Hal ini pun memunculkan banyak asumsi baru yang akhirnya mengarah pada perdebatan-perdebatan baru yang sebenarnya mengikis nilai persatuan dan persaudaraan di Indonesia. Dan semua lagi-lagi tak lepas dari peran politik.

Lalu ketika perdebatan-perdebatan tersebut mulai menjamur di Indonesia, tentunya tak lagi berpegang teguh dengan falsafah Bhineka Tunggal Ika, yang asasnya diperkuat pada nilai persatuan.

Penyebab sebenarnya dari munculnya golongan fanatisme dan rasisme itu sendiri karena didorong keinginan untuk mencapai kepentingan golongan masing-masing, tentunya disertai keuntungannya. Indonesia menjadi lahan yang subur bagi lahirnya paham rasisme dan fanatisme.

Namun bukan berarti hal ini tak dapat diatasi dan ditangani. Ada banyak cara untuk membentuk dan menciptakan kembali nilai persatuan dan kebhinekaan di Indonesia, salah satunya dengan meningkatkan kembali nilai kebudayaan.

Budaya merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Indonesia sendiri memliki kebudayaan yang sangat beragam dan kaya. Untuk itu hal yang sifatnya masih murni tersebut sejatinya mampu menjadi media penetralisir segala hal yang sifatnya fanatisme dan rasisme.

Budaya Indonesia sendiri sejatinya merupakan garis batas perbedaan antara suatu lingkup kebudayaan dengan lingkup kebudayaan lainnya. Namun dalam kacamata kebhinekaan, hal ini dinilai bukanlah suatu perbedaan, namun sebagai media pemersatu yang sifatnya universal dan terarah.

Budaya menjadi wadah dari segala kegelisahan, sebagai wujud dari implementasi cita-cita bangsa. Dan menjadi media penyampai pesan yang baik untuk mencapai kembali nilai persatuan dan kesatuan.

Sejatinya Indonesia tidak pernah kehilangan nilai budaya, hanya saja kebudayaan menjadi tak terlihat ketika isu-isu rasisme mulai diluncurkan. Hal ini tentu saja menjadi tanggung jawab bersama antar seluruh elemen masyarakat, baik dari kalangan pemerintah, masyarakat, dan pelaku budaya itu sendiri.

Memunculkan ide-ide baru dalam kebudayaan menjadi suatu hal yang sangat diharapkan. Tentunya yang menjadi prioritas adalah kaum muda yang lebih cenderung aktif dalam menggali dan memperkenalkan kembali segala aspek kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun