Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Film Wiji Thukul Dilarang di Kampus Balikpapan

18 Mei 2018   19:20 Diperbarui: 19 Mei 2018   20:43 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Wiji Thukul, ada hal-hal positif yang harus diserap bagi para pemuda. Ia hanya seorang buruh, tak tamat sekolah, bertubuh kerempeng, seniman yang selalu merenung, kemana-mana selalu membawa tas putih, bicaranya pun pelo. Apa yang mesti ditakutkan dengan orang yang mempunyai fisik---mohon maaf---tidak prima ?

Malam itu, Senin (14/5/2018), di sebuah ruangan yang gelap di lingkungan civitas akademika di Balikpapan, ada satu ruangan lesehan yang dihapit oleh kantin dan gedung kampus, telah dinyalakan proyektor. Malam itu, mahasiswa, pemuda dan pelaku seni menggelar nonton bersama film "Istirahatlah Kata-Kata", film yang menceritakan Wiji Thukul, bekas kuli pelitur mebel, aktivis buruh, dan seniman.

Pukul 21.40 Wita, film belum habis. Sebagian penonton menghayati film yang disutradarai oleh Yosep Anggi Noen. Di mana dalam film tersebut, kita akan diajak sisi pergumulan seorang Wiji Thukul yang selalu merenung, kelam, hati-hati, dan matanya merah-nyala, kala itu ia melarikan diri ke Pontianak, Kalimantan Barat.

Pas didialog  Wiji Thukul pinjam uang sama Martin Saregar, suasnaa nobar menjadi  gaduh karena lampu tiba-tiba saja dipadamkan.

Padahal, malam itu tidak mati listik (baca : mati lampu). Pihak penyelenggara nonton bersama langsung ke ruang petugas bagian penjaga kelistrikan.

Petugas tersebut mengatakan bahwa ruangan tidak dapat dipakai karena sudah lewat jam 22.00 Wita. Padahal, segala izin kampus sudah disetujui oleh pihak rektorat. Tak ingin mengecewakan penonton dan tamu yang hadir, nobar dialihkan di tempat parkir. Semua properti dan perlengkapan dipindahkan.

Sambil menunggu setting-an sound dan perlengkapan lainnya, pihak panitia penyelenggara mempersilahkan salah satu grup musik menghibur hadirin.

Tidak sampai 10 menit, tiba-tiba satpam yang bertugas di pos satpam, marah-marah. Suaranya nyaring dan meninggi. Katanya, sudah lewat jam 10 malam.

"Kalau tak bubar jam 10, saya yang akan bubarkan!" kata satpam.

Masih ada orang sok jagoan tanpa berpikir panjang. Kampus sebagai basic intelektual  kok masih kaku dan terkesan premanisme. Ini ada apa!

Semua bergerumul ke pos satpam. Mahasiswa cek cok dengan satpam. Meminta pengeritan pak satpam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun