Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keresahan Menitipkan Buah Hati di Kala Pandemi dan Solusinya

8 Oktober 2020   08:18 Diperbarui: 9 Oktober 2020   02:07 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menitipkan anak. Gambar: id.theasianparent.com

Hal ini membuat kami harus mengatur strategi mulai dari sekarang dalam menyikapi acara pernikahan tersebut. Mungkin terkesan berlebihan. Tapi langkah antisipasi tetap harus disiapkan.

Beberapa hal di atas mungkin jamak dialami oleh para orangtua yang sama dengan kami. Menitipkan buah hati dikala pandemi. Pilihannya serba dilematis. Sebagai keluarga yang hidup di tanah rantau, tidak ada sanak saudara terdekat yang bisa dimintai tolong. 

Mau meminta bantuan ke tetangga pun tak mungkin karena semua memiliki kesibukan. Mendatangkan orangtua dari kampung halaman juga bukanlah sebuah pilihan. Orangtua kami berada di Solo, Jawa Tengah. 

Sekitar 4 hari yang lalu Gubernur Ganjar sudah mengumumkan bahwa tidak ada lagi daerah zona merah di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan kami tinggal di Tangerang yang merupakan zona merah. 

Maka lucu bila kami meminta orangtua kami untuk datang. Apalagi risiko dalam perjalanan terlalu tinggi sebagai momentum penularan Covid-19.

Beberapa alternatif solusi yang bisa dilakukan

Berikut beberapa alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk mengurangi keresahan. Solusi ini saya berikan batasan. Solusi ini tidak untuk bagi yang menitipkan anak di home care (tempat khusus penitipan anak). Melainkan untuk kondisi yang sama dengan kami, yakni menitipkan anak kepada orang lain.

1. Berikan edukasi pada anak tentang bahaya Covid-19.

Putri kecil kami yang berumur 2 tahun 4 bulan sudah kami ajarkan penggunaan masker. Kadang-kadang ia duluan yang meminta untuk dipakaikan masker bila akan keluar rumah.

"Ayah, odongnya tutup," katanya seraya menunjuk odong-odong ketika kami lewat.

"Tutup kenapa nak?" Tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun