Sosiolog seperti Fred Davis (1979) menyebut nostalgia sebagai bentuk pemaknaan ulang terhadap masa lalu, di mana seseorang memilih memori yang mampu membangkitkan rasa keterhubungan, keutuhan identitas, dan kontinuitas diri. Maka, ketika seseorang merindukan masa sekolah, mantan pasangan, atau suasana tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya ia sedang mencoba mengembalikan rasa kontrol terhadap hidupnya yang terasa tercerabut. Di tengah zaman modern yang penuh ketidakpastian, nostalgia menawarkan stabilitas simbolik masa lalu yang sudah dikenali, dapat diprediksi, dan memiliki tempat emosional khusus. Nostalgia bisa memperkuat harga diri dan meningkatkan rasa memiliki. Lebih dari sekadar memanjakan perasaan sentimentil, nostalgia bisa membantu seseorang mengatasi tekanan hidup, menghadapi perubahan, atau mengolah kehilangan. Ia menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini yang membantu individu tetap terhubung dengan siapa dirinya, dari mana ia berasal, dan apa yang pernah ia miliki. Dengan demikian, nostalgia bukanlah tanda kelemahan emosional, tapi justru bentuk adaptasi sosial dan psikologis dalam menghadapi zaman yang terus berubah.
Di tengah hidup yang penuh tekanan, tuntutan, dan ketidakpastian, nostalgia hadir bukan cuma sebagai kenangan indah, tapi juga sebagai cara kita bertahan secara sosial dan emosional. Ia menjadi semacam tempat aman secara mental tempat di mana kita merasa dicintai, dihargai, dan punya arti. Tapi di balik rasa hangat itu, nostalgia bisa menipu. Kita sering hanya mengingat sisi baik dari masa lalu, tanpa sadar bahwa ingatan itu sudah dipilih-pilih, dipoles oleh budaya populer, bahkan dijual lewat produk atau tren. Mungkin sebenarnya yang kita rindukan bukan masa lalunya, tapi rasa tenang dan aman yang dulu kita rasakan. Kita hanya sedang kelelahan menghadapi hari ini dan takut menghadapi hari esok. Nostalgia memang wajar dan manusiawi. Tapi kalau kita terus terjebak di sana, kita bisa kehilangan kesempatan untuk benar-benar hidup di masa kini dan itu bisa jadi kerugian yang besar bagi kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI