Mohon tunggu...
Alfi Muna Syarifah
Alfi Muna Syarifah Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

I was active as Indonesian activist for Indonesian woman justice. Now, I split out my volunteer work became writer here. 😌| My study was focused in linguistic forensic for Indonesian law cases. Welcome and please enjoy my masterpieces!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Self Acceptance: Seni Melawan Diri Sendiri

7 Januari 2023   20:41 Diperbarui: 7 Januari 2023   20:48 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melawan diri sendiri (pixabay.com/geralt)

Diciptakan sebagai manusia merupakan bentuk persetujuan untuk menghadapi naik-turun arus kehidupan. Arus itu datang dari internal maupun eksternal yang menutut setiap manusia berperan.

Apalagi, manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki sistem kehidupan tidak terlepas dari kebutuhan, keinginan, kewajiban, dan hal-hal tak terduga lainnya. Jika individu hanya terfokus pada sistem tersebut yang notabenenya mayoritas datang untuk kepentingan bersama, maka jiwanya akan kalah. Di sinilah peran self-acceptance sebagai jembatan melawan diri sendiri yang dibahas berdasarkan perspektif penulis.


1. Merenungi kerunyaman

Runyam sebagai kesulitan dalam kegagalan yang menjadi tameng bahwa kamu tidak sanggup menatap sejam, sehari, sebulan, atau setahun lagi kehidupanmu. Seperti kesulitan mendapatkan pekerjaan impian, berteman akrab dengan orang-orang positif, naik jabatan, dan lain-lain. Kerunyaman tersebut membawa banyak pertanyaan dan asumsi negatif yang semakin meramaikan pikiran.

Ditambah, jika kamu menyukai media sosial. Menghabiskan waktu untuk berselancar masalah politik, hukum, kesengsaraan, kejahatan, dan meratapi nasibmu dengan konten-konten kesedihan. Bukankah aksi tersebut membuat semakin runyam?

Mengembalikan spirit jiwamu perlu dilakukan secepatnya. Dalam posisi seperti ini, individu cenderung hilang kontrol kewarasan seperti mengambil langkah bunuh diri atau berhutang tanpa perhitungan.

Baca juga: Namanya Perempuan

Kerunyaman perlu direnungi untuk mencari dan memecahkan akar yang ada dalam dirimu. Alih-alih membagikan status cerita kesedihan di media sosial, curhat, atau mengomentari kehidupan eksternal, maka kamu disarankan untuk menciptakan ruang privasi dan belajar diam. Kamu bisa memulainya dengan mengutamakan waktu deep talk dengan diri sendiri melalui tulisan atau rekaman suara. 

Buatlah daftar permasalahan yang mengganjalmu terlebih dahulu. Dengan demikian, kamu bisa menganalisis lebih jauh tentang dirimu sendiri tanpa ada interupsi. Nilai kejujuran di tahap ini harus diutamakan.

2. Menerima diri sendiri

Untuk melawan diri sendiri, kamu perlu menerima diri sendiri (self-acceptance) tanpa menghakimi. Inilah saatnya kamu mengakui bahwa kamu pernah gagal, kemampuanmu terbatas, dan sedang di zona lelah. Mempersilakan diri untuk menyelami rasa tidak berdaya dan hanya ingin istirahat sangat perlu kamu lakukan sebelum akhirnya benar-benar harus bangkit. Dalam tahap ini, kamu perlu tenaga, tenang, dan arah yang jelas.

Cobalah untuk relaksasi dengan musik, berlatih mengatur nafas, dan perbanyak syukur. Jika kamu tidak memiliki alasan untuk bersyukur, maka ingat hal paling sepele yang bisa membuatmu masih ada di dunia ini. Kamu masih bisa bebas bernafas, bisa melihat layar ponselmu, dan meminum minuman segar meskipun hanya air putih. Bukankah itu tanda kamu masih berkesempatan untuk bahagia?

Penerimaan diri sebagai langkah awal menuju bahagia. Kamu jadi lebih bijak dengan mengubah perspektif tentang diri kamu.

3. Melawan berarti melayani

Melayani diri sendiri merupakan bentuk kasih yang abadi. Mungkin kamu sedang tidak sadar bahwa realitasnya hanya kamu dan dirimu saja yang bersama dalam keabadian. Ingat, ya, kamu itu selalu bersama dirimu sendiri tanpa syarat! 

Coba renungkan:

ketika kamu pergi ke kamar mandi, siapa yang ada bersamamu?

Ketika kamu tidur, siapa yang ada bersamamu? 

Kemudian, ketika kamu sendiri, siapa yang ada bersamamu? 

Tentu jawaban semua pertanyaan tersebut, yaitu hanya dirimu sendiri.


Pelayanan terhadap diri sendiri dimulai dari pikiran. Mengisi pikiran dengan hal-hal positif dapat mengubah realitas duniamu. Kamu bisa melakukan ini dengan menulis kalimat-kalimat afirmasi seperti “Mentalku pasti sehat.” Dengan demikian, kamu juga harus mengelola emosi dalam menghadapi orang lain. Latih emosimu dengan mencoba memelankan suaramu saat marah, tersenyum melihat realitas yang tidak mengenakan, dan genggam tanganmu saat kamu ingin meluapkan kemarahan.

Terakhir, kamu harus meningkatkan self-esteem atau menyadari bahwa kamu berharga dan berimpak positif bagi duniamu. Kamu bisa menulis pencapaian-pencapaian dari hal-hal kecil seperti berhasil memberi saran kepada teman dan bersedekah Rp500,00. Mungkin bagimu itu tidak berarti, tetapi hal tersebut merupakan terapi untuk melawan diri sendiri di tengah kerunyaman sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun