Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Review Novel Napas Mayat: Kematian Tuhan, Cinta dan Kemanusiaan

22 Agustus 2021   00:56 Diperbarui: 25 Februari 2022   18:28 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Judul: Napas Mayat
Penulis: Bagus Dwi Hananto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 184
ISBN: 978-602-03-1522-5

Review
Aku lubangi dadanya, dan ambil jantungnya. Masih segar. Aku potong-potong jantung itu, memasukkannya ke mulutku satu persatu. Mengunyahnya perlahan, dan memastikan rasanya. Aku rindu rasa manusia ini. -- 93

Warning! Novel ini diberi label 18+ karena memang ya berisi konten-konten sensitif, vulgar, dan sadis. Sang penulis Bagus Dwi Hananto, pemenang ketiga sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta 2014 menciptakan sebuah Novel Sastra yang berisi satire yang digaya bahasakan dengan majas metafora yang berlimpah. Kaget sih waktu di awal-awal, ini novel apaan si? Ga jelas banget! Tapi setelah saya sabar dan menyelesaikannya, saya terkagum dengan pesan dan kritik social yang disiratkan dalam novel ini. Cukup memakan waktu juga si karena memang gaya bahasanya yang membuat berpikir dua kali. Ceritanya sangat suram tetapi saya tetap menikmatinya.

Novel ini menceritakan tentang seorang laki-laki depresif. Ia tadinya seorang anak konglomerat yang hidup mewah dengan uang, harta dan wanita. Namun setelah ayahnya meninggal, kehidupannya berubah drastis. Akhirnya ia tinggal di sebuah apartemen dan bekerja di sebuah perusahaan yang dimana kerjaanya adalah memisahkan kertas-kertas bergambar. Kehidupan sosialnya tidak begitu bagus. Dia terlahir sebagai pendendam sejati. Karena di apartemennya ada seorang tetangga yang ia namai, "mama besar" yang selalu menghinanya karena ia memiliki penyakit langka yaitu cepat menua padahal masih muda. Akhirnya akibat dihasut oleh gejolak nafsunya, sisi lain dari dirinya, sisi gelap yang selalu menghasutnya, ia pun membunuh mama besar kemudian memutilasi dan juga memakannya. Tak hanya mama besar, ia juga melakukannya pada orang lain, bahkan kepada temannya sendiri. Lalu ada pak Malikan, pria tua yang bicaranya selalu diselipkan kata-kata aneh. Anjing pak Malikan, kurus dan selalu muncul di kamarnya. Kemudian ada sarah, partner birahinya yang punya masalah dengan suaminya. Lalu ada Novia, mantan kekasihnya dulu sewaktu SMA. Dan beberapa karakter sampingan yang cukup memberikan dampak kepada tokoh utama.

Ada tiga hal yang jadi satiran utama dalam novel ini, yaitu Tuhan, Kemanusiaan dan Cinta. Pada awal cerita kita akan banyak menemukan kata "Tuhan telah mati". Ya ungkapan Nietzche itu selalu dikatakan oleh si hitam, sisi gelapnya kepada dirinya.

Kau tahu, sesungguhnya Tuhan telah mati bagi mereka yang kecewa. Bagi dirimu dan bagiku yang kita. Tidak ada apa pun di luar sana. Hanya kekosongan. -- 1

Benar. Tidak usah meyakini Tuhan berarti kau menjadi seseorang yang benar-benar bebas. Sebenarnya kau sudah tersisih dari dunia ini. -- 2  Tentang kemanusiaan sudah pasti berkaitan dengan kanibalisme si tokoh utama. Lagi-lagi si hitam lah yang menghasutnya. Dengan berbagai kejadian yang terjadi di dunia nyata dan juga analogi yang cukup masuk akal.

Sejak sebermula, kemanusiaan sudah mati. kemanusiaan tenggelam bersama zaman yang menyelipkan berbagai alasan sok rasional dan akhirnya dilupakan oleh manusia itu sendiri. Kini kami hanyalah miliaran binatang pandai berpikir dan membuat alat-alat perang dengan tujuan saling menguasai satu sama lain. Memperebutkan wilayah dengan membantai manusia yang tidak bersalah. Dan dunia menganggap itu hal biasa dan mereka melanjutkan kehidupan tanpa rasa bersalah. Mereka pura-pura lupa dan mendukung hidup sementara orang lain berteriak, menyebut nama Tuhannya sebelum mereka dibunuh. Bagiku, kemanusiaan tidak ada lagi setelah diracuni dengan kebiasaan manusia mengentengkan segalanya. -- 18

Masalah cinta memang rumit. Konflik yang disajikan sangat relate dengan keadaan saat ini. Perselingkuhan, sakit hati, seks bebas dan lainnya menjadi topik utama dalam cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun