Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penelitian di Pabrik Bekas Minuman

9 Maret 2021   01:39 Diperbarui: 9 Maret 2021   02:11 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image By Muhammad Alfariezie

Suasana pabrik benar-benar seperti lokasi yang ada di film horor. Cat dindingnya telah mengelupas dan hitam-hitam. Selain itu, sarang laba-laba dan alang-alang yang tertiup angin menambah citra seram. Tambah lagi, pagar yang sudah berkarat dan tidak ada satpam yang menjaga malam.

Kata kawanku, satpam hanya ada pada siang hari. Tapi, dia sudah izin kepada satpam untuk mengambil data pada malam hari.

Satpam sempat melarangnya. Tapi, dia melakukan hal yang seperti yang dia lakukan kepadaku. Dia memohon sembari bersujud-sujud di kaki satpam. Mungkin karena kasihan maka satpam memberi kunci salah satu gedung pabrik yang menjadi objek penelitiannya.

Gedung penelitiannya berada  di paling belakang kompleks pabrik ini. Sekadar informasi, pabrik ini memiliki sembilan gedung. Semuanya sudah tidak lagi mendapat perawatan. Tidak ada yang tahu pasti kenapa pabrik ini tutup. Tapi, menurut angin, tempat ini berhenti beroperasi karena banyak karyawan yang meninggal. Lama kelamaan, mungkin seluruh orang di Lampung takut untuk melamar pekerjaan di pabrik ini.

Tetanggaku yang bernama Kimas Nakaya, usianya waktu itu 20 tahun. Dia pernah bercerita. Pada saat kami duduk-duduk di pinggir jalan sembari bermain gitar, dia menceritakan kisah seramnya ketika mendorong motornya yang kehabisan bensin. 

Letaknya  tak jauh dari pabrik itu. Dia harus melewati pabrik pada pukul setengah dua malam karena tidak ada pilihan. Semua penjual bensin sudah tutup dan untuk menuju rumahnya mesti melalui jalan itu. Kalau tidak, dia mesti berputar arah dan jaraknya lima x lebih jauh.

Kata Kimas, saat dia tiba di depan pagar pabrik, gangguan pertama yang didapat adalah sentuhan di kedua telinganya dan bau anyir. Saat itu, angin memang bertiup kencang sehingga alang-alang di halaman pabrik berayun-ayun.

Kimas bilang, usai merasa telinganya ada yang menyentuh, gangguan yang kedua adalah panggilan. Dia mengaku, panggilannya mengajak untuk masuk ke dalam pabrik. Panggilan itu terdengar jelas.

"Sssttt. Heerrr. Sini. Masuk ke sini. Istirahat dulu."

Kimas melihat suasana pabrik begitu mengerikan. Tak ada satu orang pun di sana. Ditambah, cat pabrik yang sudah mengelupas dan beberapa gedung yang sudah tidak lagi beratap, menandakan tidak pernah mendapat sentuhan dari manusia. Selain itu, Kimas pun tahu kalau tempat itu memang angker.

Kimas mencoba berlari. Tapi, dia tidak bisa ke mana-mana. Dia hanya berjalan di tempat. Selain itu, kepalanya hanya bisa menengok ke jendela yang tidak berkaca di gedung pertama. Gedung itu berada sepuluh meter di belakang pos satpam. Kata Kimas, pada awal melihat ke arah jendela, tidak ada keanehan atau penampakkan apapun. Kecuali, isi di dalam gedung yang gelap dan banyak sawang serta tumpukan meja juga kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun