Sejahtera Enggan Singgah di Negara ini
Orang-orang berkumpul di tengah lapangan. Mendapat bantuan adalah alasan mereka berdesakan. Tak perduli penyakit menular, tak perduli kaki terinjak atau wajah tertampar dan tidak perduli siang yang begitu terik. Mereka berjalan dan datang berbondong-bondong dari jarak berkilo-kilo meter.
"Sejahtera masih enggan singgah di negara ini. Raja, menteri dan penegak hukum selalu meminum anggur di bawah bulan dan bintang, di antara angin mentari yang sepoi-sepoi. Mereka membiarkan rakyat yang lapar saling membunuh demi segenggam garam dan butiran nasi."
Orang-orang yang berkumpul berpakaian lusuh. Jangankan membeli baju baru. Sendal mereka pun bagai kulit orang tua berusia ratusan tahun. Setiap hari, yang bisa mereka kerjakan hanya mencari bayam di tanah gersang yang tak pernah tersentuh hujan. Bapak dan anak menuruni bukit berbatu cadas demi makan. Sedangkan untuk uang, dari pagi hingga siang mereka bekerja sebagai pemecah batu bukit-bukit kapur.
"Sengsara masih betah di negara ini. Raja, menteri dan penegak hukum selalu menulis ode untuk merana. Mereka berekspresi agar nelangsa bagai selebriti yang mendapat puja-puji ketika berjalan di atas karpet merah."
Mendung, guntur dan angin kencang menakuti orang-orang dan menumbangkan pohon kerontang. Sebelum rinai, orang-orang pulang tidak membawa senang dan tidak membawa sedih juga. Keseharian mereka memang begitu. Sudah biasa menerima kasian.
2021
#sastra