Ujian Kesetiaan
Lelaki berisi itu tepat di hadapanku. Mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Dia tidak rupawan tapi juga tidak buruk rupa.
"Gak sabar pengen duduk seperti ini" ucapnya sambil mempraktikan gaya duduk di pelaminan.
Aku terdiam. Tidak bahagia juga tidak tidak suka. Hati ini terasa datar, tidak berbunga-bunga tapi juga tidak menolak.
"Yah, Abang berharap kita bisa segera bersama" sambungnya lagi.
Informasinya lelaki ini adalah seorang duda kaya raya, ia sedang mencari wanita untuk dijadikan pasangan hidup. Lalu mengapa harus aku? Dan mengapa aku tidak menolak, ya? Tapi aku juga tidak merasa girang dan bahagia. Ini aneh.
Usai dia berbicara padaku di sebuah ruangan tertutup, aku dan keluarga kecilku melanjutkan perjalanan. Entah dimana ruangan tempat kami bertemu tadi sehingga 4 A dan bapaknya tidak mengetahuinya.
"Yang, gimana menurut mu kalau seorang istri menikah lagi?"
Wajahnya datar, pandangan fokus ke depan, ia sedang konsentrasi mengemudi.
"Yang, kalo perempuan nikah lagi sementara masih punya suami gimana?" tanyaku lagi.
"Ya, gak boleh, Sayang" jawabnya singkat.