Mohon tunggu...
Alfadilla Windu Trigati
Alfadilla Windu Trigati Mohon Tunggu... International Relation Student

Exploring the academic world while trying to understand global politics, human culture, and the often-neglected voice of nature. Writing is not just about sharing opinions, but also a small effort to maintain awareness of an ever-changing world.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Transformasi Strategi Pertahanan Laut Indonesia: Dari Natuna Menuju Kedaulatan Maritim Digital

9 Oktober 2025   21:27 Diperbarui: 9 Oktober 2025   21:27 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bakamla RI (bakamla.go.id)

            Selama bertahun-tahun, Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tetapi masih belum sepenuhnya berperilaku sebagai negara maritim besar. Kasus di Laut Natuna Utara menjadi cermin paling jelas: ketika laut seharusnya menjadi pusat peradaban dan kekuatan nasional, justru sering kali dilihat semata sebagai batas teritorial dan sumber konflik. Padahal, dalam konteks geopolitik kontemporer, laut bukan hanya arena pertahanan, tetapi juga ruang ekonomi, lingkungan, dan diplomasi. Dengan semakin meningkatnya ketegangan antara Indonesia dan Tiongkok akibat tumpang tindih klaim ZEE, serta meningkatnya aktivitas militer asing di Laut China Selatan, Indonesia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah kita siap menegaskan diri sebagai kekuatan maritim sejati?

            Selama ini, respons Indonesia terhadap berbagai pelanggaran di Natuna masih banyak bersifat konvensional. Ketika kapal asing memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, TNI Angkatan Laut atau Bakamla segera dikirim untuk menegaskan kehadiran negara. Pendekatan ini memang penting untuk menunjukkan kekuatan dan keseriusan Indonesia dalam menjaga wilayahnya. Namun, dalam konteks ancaman modern, pendekatan semacam ini tidak lagi cukup. Pertahanan maritim kini tidak hanya ditentukan oleh seberapa besar armada kapal yang dimiliki, tetapi juga oleh seberapa kuat sistem informasi, teknologi, dan kemampuan koordinasi antarlembaga yang dimiliki negara.

            Dalam dua dekade terkahir, medan pertempuran di laut bergeser dari yang bersifat fisik menjadi multidimensional. Ancaman baru tidak selalu datang dalam bentuk kapal perang atau kapal penjaga pantai, melainkan juga dalam bentuk serangan siber, pencurian data sumber daya laut, hingga propaganda digital yang merusak legitimasi kedaulatan negara. Karenanya, pertahanan laut modern tidak bisa dilepaskan dari kedaulatan informasi. Maka dari itu, transformasi kebijakan maritim dalam era digital di Indonesia juga dapat memperkuat keamanan di reallife security dan cyber security melalui pemanfaatan teknologi informasi dan pengembangan regulasi dan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan teknologi (Deanto, Marzaman, 2024). Hal ini dapat dicapai ketika Indonesia mampu menguasai data maritimnya sendiri melalui citra satelit, peta digital, hingga informasi tentang pergerakan kapal dan sumber daya di lautnya. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, kehilangan kendali atas informasi berarti kehilangan sebagian kedaulatan.

            Seperti yang kita tahu kekuatan negara tidak hanya ditentukan oleh militernya. Di laut, masyarakat pesisir dan nelayan sebenarnya memiliki peran strategis sebagai garda terdepan kedaulatan. Mereka yang setiap hari melaut di sekitar Natuna sering kali menjadi saksi pertama atas masuknya kapal asing atau aktivitas ilegal di wilayah perbatasan. Jika mereka dilibatkan secara aktif melalui pelatihan dan teknologi, mereka bisa menjadi bagian dari sistem pertahanan semesta berbasis laut. Misalnya, melalui aplikasi pelaporan digital yang terhubung dengan pusat komando, nelayan dapat segera melaporkan aktivitas mencurigakan, mempercepat respon aparat, dan memperkuat sistem keamanan nasional dari bawah.

            Selain aspek pertahanan, dimensi diplomasi digital maritim kini menjadi semakin penting. Dalam dunia yang semakin bergantung pada data dan peta digital, kedaulatan maritim juga ditentukan oleh siapa yang memiliki dan mengendalikan informasi tentang laut. Ironisnya, banyak data peta laut dan jalur pelayaran Indonesia masih tersimpan dan dikelola oleh lembaga internasional. Hal ini berarti sebagian infromasi strategis kita masih berada di luar kendali nasional. Karena itu, Indonesia perlu memperjuangkan kedaulatan data maritim di forum-forum global seperti International Maritime Organization (IMO) dan ASEAN Maritime Forum. Diplomasi semacam ini akan memastikan bahwa kedulatan Indonesia tidak hanya diakui secara geografis, tetapi juga secara digital. Dalam konteks tersebut, Laut Natuna Utara bisa menjadi laboratorium kebijakan untuk membangun model pertahanan maritim abad ke-21. Kawasan ini bisa dijadikan pusat inovasi pertahanan laut digital, di mana kekuatan militer, teknologi, dan partisipasi masyarakat sipil terpadu. Dengan membangun pusat komando maritim berbasis data dan sensor, Indonesia tidak hanya menjaga batas lautnya, tetapi juga menciptakan ekosistem keamanan maritim yang berkelanjutan dan cerdas.

            Pada akhirnya, kedaulatan laut di era modern tidak hanya berarti menjaga agar kapal asing tidak masuk ke wilayah nasional. Lebih dari itu, ia berarti menguasai informasi, teknologi, dan strategi yang memungkinkan negara bertahan di tengah persaingan global. Laut bukan lagi sekadar ruang geografis, melainkan ruang strategis tempat identitas, ekonomi, dan kekuasaan berinteraksi. Kasus Laut Natuna Utara menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di persimpangan penting. Kita bisa terus berjalan di jalur lama yang hanya mengandalakan kekuatan militer konvensional, atau kita bisa mengambil langkah maju dengan membangun pertahanan maritim yang adaptif, digital, dan berbasis pada peradaban maritim Nusantara. Jika Indonesia berhasil melangkah kearah kedua, maka Laut Natuna bukan lagi sekadar garis batas kedaulatan, tetapi akan menjadi simbol transformasi Indonesia menuju negara maritim modern yang berdaulat di laut, di data, dan di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun