Mohon tunggu...
Alex Martin
Alex Martin Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

bercerita apa adanya, bukan karena ada apanya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Rematch Pilpres 2004 di Pilpres 2019, Cicak Vs Buaya Jilid II

7 Agustus 2018   09:39 Diperbarui: 7 Agustus 2018   09:47 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara mengejutkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berhasil merebut kursi RI 1 dari petahana Megawati Soekarnoputri pada pemilu 2004. Padahal secara hitung-hitungan survei saat itu, peluang Megawati untuk kembali menjadi Presiden RI sangat besar. Namun fakta dan hasil dilapangan berkata lain.

Megawati pada tahun 2004 diusung oleh koalisi yang besar. Sementara SBY yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya diusung oleh koalisi kecil dengan 17 persen suara legislatif, sisanya merapat ke petahana. Pilpres 2004 yang menghadapkan SBY dengan Megawati bak "cicak vs buaya".

Sebagai petahana dan didukung oleh koalisi yang besar saat itu, Megawati saat itu mempunyai amunisi tambahan. Contohnya kesiapan modal untuk bertarung di Pilpres. Dibandingkan dengan calon yang lain, sudah barang tentu PDIP sangat siap saat itu.

Selain itu, sejumlah pihak juga mengeluarkan keterangan saat itu kalau sejumlah lembaga negara berpihak ke petahana. Hampir serupa dengan Orba, Megawati saat itu dikabarkan didukung oleh BIN, TNI, Polri, BUMN, dan Kemendagri. Sebuah skenario yang sebenarnya sulit untuk ditumbangkan.

Memasuki hari ke empat masa pendaftaran capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), sepertinya koalisi yang terbentuk sudah mulai terlihat terang. Jokowi sebagai petahana didukung oleh sembilan partai dengan persentase sebesar 66 persen terdiri dari PDIP, Golkar, PPP, Nasdem, PKB, Hanura, PKPI, Perindo dan PSI. Sedangkan penantangnya Prabowo Subianto hanya didukung oleh 4 partai (Demokrat, Gerindra, PKS, dan PAN) dengan persentase hanya 34 persen suara.

Pilpres 2019 seakan menjadi ajang tanding ulang (rematch) pilpres 2004. Hal ini karena ada SBY dikubu Prabowo sebagai penantang petahana, dan Megawati di belakang Jokowi yang berusaha mempertahankan hegemoni kekuasaannya.

Rematch ini tidak hanya menghadirkan nama SBY dan Megawati serta komposisi dukungan parpol semata. Sejumlah komponen yang disebutkan di atas pada Pilpres 2004 itu juga tercium aromanya di Pilpres 2019.

Budi Gunawan (BG) yang sempat disebut sebagai aktor di balik kesuksesan Jokowi di Pilpres 2014 kini menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). BG juga disebut-sebut sebagai tangan Megawati di Kepolisian. Jejak rekam kedekatan BG dan Megawati dengan mudah bisa ditemukan dalam ulasan-ulasan media online.

Selain BIN, netralitas TNI juga disangsikan di Pilpres 2019. Hal tersebut antara lain dikarenakan Panglima TNI saat ini merupakan sahabat lama Jokowi semenjak menjadi Bupati Solo. Diketahui Panglima TNI Hadi Tjahjanto pernah menjadi Komandan Pangkalan Udara Adisumarmo pada tahun 2010.

Keberpihakan Kemendagri juga terlihat saat acara peningkatan kapasitas pemerintahan desa yang dihadiri ribuan kades di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, DI Yogyakarta. Saat itu dengan semangatnya Mendagri yang juga kader PDIP menyerukan kepada kepala desa yang hadir untuk Jokowi dua periode.

Belum lagi BUMN dan Polri serta dukungan minoritas yang dijadikan narasi Pancasilais untuk menggebuk kelompok mayoritas. Pilpres 2019 merupakan rematch Pilpres 2004. Bedanya hari ini SBY dan Megawati tidak berhadap-hadapan secara langsung. SBY di belakang Prabowo (cicak) dan Megawati di belakang petahan Jokowi (buaya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun