Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mentawai, Berlayar ke Pulau

22 Oktober 2022   07:54 Diperbarui: 22 Oktober 2022   07:55 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa-siswi yang tinggal di Asrama KAUM  adalah penyintas tsunami  Mentawai pada 2005 dan 2010 (Lex) 

Sebelum menjadi kabupaten sendiri,  Kepulauan Mentawai bagian dari Kabupaten Padang Pariaman. Tetapi setelah dimekarkan pada tahun 1999, kabupaten ini sudah berganti pemimpin dua kali. Yudas Sabaggalet, generasi muda Mentawai yang telah mengenyam pendidikan tinggi memimpin kabupaten ini selama dua periode. Yudas hasil didikan para masionaris yang datang ke Mentawai sejak tahun 1950-an.

Dan Jainab?

 Dia asli Nabire di Papua Barat. Kuliah di Jakarta. Lalu ikut serta sebagai anggota dari tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia (GKI). GKI adalah lembaga tanggap-cepat yang memberi bantuan ke daerah-daerah yang terkena bencana. Hampir semua daerah di Indonesia sudah mereka datangi.  Belakangan Jainab menjadi bagian dari Yayasan kasih Abadi Untuk Mentawai (KAUM), yayasan yang didirikan untuk membantu pendidikan anak-anak Mentawai yang menjadi korban tsunami tahun 2005. KAUM erat terkait dengan GKI sebab beberapa pengurusnya adalah aktivis pada dua lembaga ini.

Siswa-siswi yang tinggal di Asrama KAUM  adalah penyintas tsunami  Mentawai pada 2005 dan 2010 (Lex) 
Siswa-siswi yang tinggal di Asrama KAUM  adalah penyintas tsunami  Mentawai pada 2005 dan 2010 (Lex) 

Saya tak sangka akan berjumpa Jainab lagi di Padang. Terakhir kali kami jumpa di Muara Siberut tahun 2010. Saya ingat, hari masih terang tanah ketika KMP Ambu-Ambu merapat di pelabuhan Muara Siberut dan Jainab dengan speed boat ngebut, bertelanjang dada, datang menjemput kami. Waktu itu ia menjadi semacam mandor  pembangunan asrama bagi anak-anak korban tsunami di Muara Siberut bersama GKI. Saat kembali lagi ke Padang esok harinya, oleng kapal Ambu-Ambu tak terasa sama sekali. Malam lewat bersama bir dan kacang kulit.

"Saya sudah stop minum, Abang," kata Jainab dalam perjalanan mengunjungi Jam Gadang dan Istana Bung Hatta di Bukit Tinggi. "Sejak saya menikah, saya putuskan menjauhi alkohol," ujarnya bersungguh-sungguh. 

Saya bersyukur dalam hati. Itulah indahnya punya pasangan. Selalu ada yang "cerewet" mengingatkan.

Sejak itu Jainab berpindah-pindah pulau. Sebentar di Siberut lain waktu di Sipora. Sampai suatu saat ketika sedang membangun gedung panti asuhan untuk Yayasan KAUM di Tuapejat, ia naksir Elsarida Hutagaol.  Berpacaran selama dua setengah tahun, ia melamar Elsarida. Tetapi jalan berliku bagi Jainab untuk  mendapatkan belahan jiwanya. Waktu kami sampai di Padang pertengahan Maret lalu, putri mereka, Sharoon, telah lahir.   

 "Saya sudah buang sauh di Pulau. Tidak bisa ke mana-mana lagi, he-he," ujarnya tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun