Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Tembak Kepala Saya Kalau Ijazah Jokowi Asli"

17 Oktober 2022   15:25 Diperbarui: 17 Oktober 2022   15:40 4454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Jokowi Undercover 1" (Sumber:bbc.com)

Karena penasaran soal keramaian tentang "ijazah palsu Jokowi" saya mencari pdf buku "Jokowi Under Cover 2". Mudah didapatkan di internet. Saya juga mendapatkan "Jokowi Undercover 1" yang tebalnya mencapai 600-an halaman.

 Saya membaca secara cepat pdf buku "Jokowi Undercover 2" dan mendengarkan wawancara Bambang Tri, penulisnya, pada dua channel yang berbeda di Youtube. Salah satunya adalah milik Refli Harun, pakar Hukum Tata Negara dan mantan wartawan yang melakukan wawancara via zoom.

Wawancara pada channel ini agak terganggu sebab suara latar yang berisik. Tapi intinya tetap bisa ditangkap. Refli sangat lugas menyampaikan pertanyaan. Saya suka cara dia menggali narasumber. Beberapa hari kemudian, pada Kamis (13/10/2022), Bambang Tri ditangkap polisi di salah satu hotel di Tebet. Tuduhan yang dikenakan kepadanya adalah ujaran kebencian dan penistaan agama. Saya tidak mendalami hal ini.

Kalimat Bambang Tri yang melekat di kepala saya adalah: "Tembak kepala saya kalau ijazah Jokowi asli!" Atau: "Potong leher saya kalau ijazahnya asli!" sembari telunjuknya ia lekatkan ke pelipis, dan membuat gerakan melingkar di leher seperti orang menyembelih ayam. Tampaknya penulis hendak menyakinkan pembaca dengan hal yang paling "puncak" dari kehidupan manusia, yakni kematian.

Sebagian besar halaman pada buku kedua ini berisi foto dan komentar orang yang dicapture dari media sosial. Entah itu facebook, Instagram dan berita media online yang kemudian diberi komentar oleh penulisnya dengan huruf besar-besar di bawah. Secara artistik, sangat tidak menarik!  

Pertanyaan saya: Pertama, bagaimana seorang penulis bisa mempertanggungjawabkan isi tulisannya jika melulu dari sumber sekunder? Terlepas apakah ijazah Jokowi asli atau palsu, susah bagi saya untuk yakin justru pada hal  paling penting, yakni metode yang dipakai untuk menuliskan buku ini. Wawancara via telepon? Percakapan di WA? Ah, yang benar saja? Mana ada buku ditulis dengan hanya mengumpulkan data-data seperti itu? 

"Jokowi Undercover 2" (Sumber:Academia.edu)

Kedua,  seperti dalam wawancara di channel Youtube demikian pula pada bukunya, penulis terlalu gampang menarik kesimpulan. Dan terkesan serampangan, yang justru bisa dipakai untuk menyerang balik dirinya. Misalnya, dia mengomentari omongan Prof. Sri Adiningsih (yang menyatakan diri sebagai) teman SMP Jokowi dan menyertakan foto media yang memuatnya. Penulis memberi bantahan dan menyampaikan argumentasinya. Lalu membuat kesimpulan: Karena jasanya tutup mulut itu Jokowi memberi ganjaran kepada Sri Adiningsih jabatan Komisaris PT Indosat Oreedo dan kemudian Ketua Dewan Pertimbangan Presiden menggantikan Professor Dr Emil Salim.

Demikian pula ketika penulis mengomentari konferensi pers yang diadakan UGM untuk meluruskan simpang-siur berita tentang keaslian ijazah sarjana Jokowi. Antara lain yang hadir memberi keterangan adalah sosiolog Arie Sujito, yang kini menjabat wakil rektor UGM. Penulis menyampaikan tuduhan bahwa Arie Sujito sudah ditutup mulutnya dengan diberi berbagai jabatan, dstnya.   

Ketiga, ada fakta yang penulis sampaikan dalam wawancara dengan Refli Harun terkait asal-usul Jokowi. Narasi dibangun dari perbincangan penulis dengan Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta (1949-2015). Isinya antara lain, seorang ibu beretnis Tionghoa, pendukung PKI, dalam keadaan hamil sembari membawa anaknya yang berusia sekitar 6-7 tahun pada 1967, datang ke Katedral Semarang dan minta dibaptis menjadi Katolik. Anak itu diklaim sebagai Jokowi yang dibaptis dengan nama Hermanus Joko Widodo. Bagaimana kita yakin dengan kisah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun