Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kami dan Kucing-Kucing

20 Agustus 2022   07:57 Diperbarui: 20 Agustus 2022   11:55 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Setelah dikubur, si induk tetap di situ. Berhari-hari. Sampai suatu ketika hujan. Si induk lari mencari naungan ke rumah.

Sejak itu ia menjadi penghuni tetap. Beranak dua kali, beberapa mati dan kini ia hanya menyisakan Mas, si induk muda yang sudah memberinya "cucu" dua kali.

Kumel
Kumel "menyelamatkan" anaknya (foto: Lex) 

Sebab wajahnya selalu memelas, dan kami perlu nama untuknya, kami sepakat memanggilnya Kumel, Kucing Memelas. Kumel menjadi "ratu" di rumah, sampai Mas dewasa.

Salah satu kebiasaan Kumel adalah pergi jauh dari rumah, berhari-hari, kalau sakit. Ia pulang kalau sudah benar-benar kelaparan. Kami rawat sampai sembuh, dan ia menetap lagi. Tetapi kalau sakit, Kumel pergi lagi. Selalu begitu dan menjadi tipikal Kumel. Saya berpikir, mungkin ia bermaksud agar tak menjangkiti yang lain?

Makannya pun sangat pelan dan rapi. Tak sebutir peletpun ia biarkan. Kalau ada yang tercecer, pasti ia "bersih"kan. Habis makan, dia kembali ke tempat biasa tidur atau pergi. Pagi-pagi, begitu pintu rumah dibuka, Kumel yang pertama menunggu di depan pintu.

Minggu ketiga September 2021, Kumel menghilang dari rumah. Tetapi setelah tiga hari menghilang, Kumel muncul di depan rumah tetangga. Jalannya sempoyongan. Tetangga datang melapor ke rumah, lalu Lintang pergi membopongnya. Kumel sudah tidak kuat berdiri saat itu. Christian putra kami yang pertama membersihkan badannya, sebab kotor sekali. Kumel dimasukkan ke kandang.

Suatu pagi masih dalam bulan September Kumel mati, setelah berjuang untuk bertahan hidup. Kami kuburkan di dekat kuburan anaknya, yang membuatnya sampai ke rumah tiga tahun lalu.

Kami berprinsip, menguburkan kucing secara baik-baik, setidaknya sebagai tanda terima kasih atas kebersamaan dan kesenangan yang sudah mereka berikan kepada kami.

Kini kami memiliki 9 ekor kucing. Ada yang lahir dari induk (yang sudah mati), tetapi ada pula yang ketemu di got karena dibuang. Seperti kisah kucing jantan yang juga berwarna orange. Ia menjadi maskot di rumah sekarang. Suatu pagi Retno pergi belanja dan menemukan seekor kucing kecil mengeong-ngeong di dalam got. Kotor dan berbau. Ia hanya berputar-putar di sana. Retno memungutnya dan dibawa ke rumah. Oh, ternyata kedua biji matanya sudah tidak ada. Ia buta. Sebab itu kami menamainya Netra. Kini ia punya nama lain, yakni Gendut. Karena badannya gendut berisi dengan bulu yang bersih.

"Menyusui" kucing yang dibuang di got-got (Foto: Lex) 

Memang harus diakui bahwa  kucing di kawasan tempat kami tinggal berkembangbiak tanpa bisa dikendalikan. Kepingin sih semuanya disteril, antara lain dengan dikebiri, agar sedikit menghambat mereka beranak setiap beberapa bulan sekali. Tapi biaya untuk steril masih mahal.

Yang bisa kami lakukan saat ini adalah menyiapkan obat-obatan sederhana, memandikan seminggu sekali, merawat mereka ketika sakit dan memberi makan tiga kali sehari.

Dan kalau akhirnya ada yang mati, kami kuburkan dengan baik. Hanya itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun